Sabtu, 21 Mei 2011

Berjuang ....

Tanpa isak tangis yang keras dan hampir tanpa basa basi, anakku terlahir di dunia. Aku ingat, detik-detik dan menit-menit menjelang anakku merasakan dinginnya hawa udara Malang, setelah selama 8 bulan lebih sedikit dia "ndusel" dalam perut istriku.

Tanggal 3 April, malam hari, saat itu aku masih bertugas menjaga warnet M-Cafe di daerah Jalan Raung, tiba-tiba aku diberi kabar bahwa istriku akan melahirkan dan sudah masuk rumah sakit. Dalam kebingunganku, Mas Ayom, pimpinan warnet M-Cafe, dengan setengah memaksa memintaku untuk tidak berangkat ke rumah sakit sendirian, namun ditemani olehnya. Walah, tidak kebayang buat aku, seorang pimpinan mengantarkan anak buahnya saat itu.
Namun kebingungan dan sedikit kekuatiranku segera menghinggapi benakku dan mengalahkan rasa "sungkan"-ku. Dengan naik sepeda motor, kami berdua menembus dinginnya malam menuju RS Mardi Waloeja di Jalan WR Supratman. Sesampainya disana,istriku ternyata baru saja sampai dan keluar dari mobil Om-ku yang mengantarnya. Sedikit tertatih, dia disambut oleh perawat-perawat rumah sakit yang sangat cekatan, sabar dan telaten membimbing istriku memasuki ruang persalinan.

Pikiranku tak karuan. Aku tidak menyangka akan secepat ini, aku memiliki seorang anak. Aku juga mengkhawatirkan keadaaan istriku, apakah dia baik-baik saja ? Tidak seberapa lama, istriku sudah keluar dari ruang bersalin dengan ditemani oleh perawat rumah sakit. Dia berkata, bahwa istriku belum akan melahirkan saat itu, sehingga istriku diijinkan pulang kembali. Ah, lega aku. Istriku juga terlihat lebih tenang. Dengan hati-hati, aku antar dia ke mobil untuk pulang, sementara aku kembali lagi menuju warnet.
Tiba di warnet, aku diminta untuk segera pulang oleh Mas Ayom untuk menemani istriku di rumah. Setelah aku mengucapkan terima kasih, aku bergegas menyalakan sepeda motorku dan kembali menelusuri jalan-jalan yang sepi karena malam masih belum beranjak.

Sesampainya di rumah, aku melihat istriku tengah tiduran di kamar. Aku cium dia, kemudian aku membuka alas tidur dan merebahkan badanku yang lelah di bawah tempat tidurnya. Aku terlelap dalam tidurku, sambil memegang tangannya.
Aku tidak tahu, berapa lama aku terlelap dalam tidurku, namun tiba-tiba istriku membangunkanku. Sedikit panik dia berkata, bahwa dia merasa akan melahirkan.
"Semprulnya" aku, dengan santai berkata, "Sudah tenang saja, itu cuma perasaanmu saja, wis tidur lagi". Sejenak istriku mengikuti "kesemprulanku", mungkin dia juga tidak yakin dengan apa yang dirasakannya. Namun tidak seberapa lama, istriku kembali bangun dan kali ini dia benar-benar panik. "Aku mau melahirkan ini ... wis terasa ini", kata istriku. Aku yang masih mengantuk, dengan gontai membangunkan kedua orang tuaku dan berkata bahwa istriku mau melahirkan.
Kembali diantar oleh mobil Om-ku, kami berdua berangkat menuju rumah sakit. Aku tidak tahu apa yang aku rasakan saat itu, buatku semuanya terasa begitu cepat berjalan. Di rumah sakit, istriku kembali di ajak masuk oleh para perawat yang sudah cukup berumur, menuju ruang bersalin. Aku terdiam seorang diri di ruang tamu rumah sakit, om-ku sudah pulang dan meninggalkan aku yang sendirian dan kebingungan. Asem bener, kenapa Om tidak menemani aku. Tapi aku memakluminya, siapa aku, pikirku. Hehehehe :)

Dari balik pintu ruang persalinan, muncul seorang perawat yang menghampiriku dengan menggendong sebuah bungkusan. Jantungku terasa semakin cepat berdegup, bayang-bayang adikku yang meninggal saat masih kecil tiba-tiba datang. Ah, apakah anakku ..... tidak kulanjutkan pikiranku, karena perawat tersebut menunjukkan kepadaku, seorang bayi mungil, kecil, hitam, wis pokoknya ndak ada keren-kerennya :). Aku tidak tahu apa yang harus kulakukan saat itu, aku hanya mengelusnya sebentar, kemudian bayi mungil tersebut dibawa masuk kembali oleh sang perawat.
Ya, Tuhan ... inikah anakku ? Kenapa kok kecil sekali ? Kenapa kok hitam ? Kenapa kok tidak keren ? Kenapa .. kenapa .. kenapa Tuhan, teriakku dalam hati. Tanggal 4 April 2000, anakku terlahir ke dunia.

Hari demi hari selanjutnya kami jalani berdua. Iya, hanya berdua.

Anakku  terpaksa harus tinggal di dalam sebuah akuarium dengan lampu penghangat, karena berat badannya yang masih sangat kurang. Hanya 1,9 kg. Berat yang sangat kurang menurut dokter yang merawat anak kami. Selama seminggu lebih kami harus berpisah darinya.Namun setiap hari istriku selalu menjenguknya karena harus menyusui anak kami sambil membawa susu tambahan untuknya. Panas, hujan, dingin dilalui istriku dengan tabah. Bila aku sedang tidak bertugas, aku mengantarnya ke rumah sakit dan melihat dia menyusui anak kami. Kadang aku membantu istriku untuk membuat anakku tetap terjaga dengan menggelitik kakinya, sehingga dia bisa minum ASI. Bangun, ayo bangun,biar kamu bisa minum lebih banyak, berulang kali aku berkata dalam hatiku, sambil aku gelitiki kakinya yang kecil ... sangat kecil.

Saat akan pulang, petugas rumah sakit menanyakan kepadaku siapa nama anak kami. Aku bingung sesaat dan melihat istriku yang sedang di temani oleh kakak perempuannya. Sebenarnya kami sudah menyiapkan nama untuknya, namun masih kurang.
Kami sudah memilih nama anak kami adalah Dandy, yang merupakan singkatan dari Dambaan Aning dan Wendy, dengan awalan nama yang kami ambil dari alkitab yaitu Daniel, namun nama terakhirnya belum kami putuskan. Saat aku memikirkan nama akhirnya adalah Davidson, papaku yang dulu seorang guru bahasa Inggris, berkata, "Alah, kok keminggris ngono to, kakeyan polah wae". Kemudian kakak perempuan istriku mengusulkan nama Hendratama, Hendra mirip dengan nama belakangku Hendarto, sementara Tama sebagai penegas bahwa dia anak pertama kami.
Sesaat kemudian, istriku berkata , "Nama belakangnya adalah Denratama". Aku sedikit bingung dengan nama tersebut, lalu dia menjelaskan, bahwa Denra adalah kebalikan dari Raden. Gelar bangsawan, yang sama sekali tidak mau aku pergunakan, meskipun aku berhak memakainya. Yah, mungkin istriku tahu, bahwa aku sama sekali tidak menyukai semua hal yang berbau adat Jawa, yang buatku selalu identik dengan kasta.
Aku menyetujuinya. Daniel Dandy Denratama adalah nama untuk kami. Mungkin saat ini jika kami artikan kurang lebih adalah :
Daniel merupakan nama tokoh muda di Alkitab yang sangat pemberani dan takut akan Tuhan, itu harapanku untuk anak kami.
Dandy merupakan singkatan Dambaan Aning dan Wendy, yang juga memiliki arti ganteng, keren dan baru saja aku ketahui bahwa artinya adalah pesolek. (Hmmmm pantes saja, kalau urusan rambut dia cukup lama berdandan di depan kaca, hehehehe, ada hubungannya nggak sih ? )
Denratama, Denra merupakan kebalikan dari Raden.

Jadi kalau diartikan lebih lanjut oleh para ahli, kurang lebih berarti, anak pemberani yang takut akan Tuhan dan sangat menyukai penampilan yang keren, namun tidak menyukai semua hal yang berbau adat Jawa. Hehehehe, "sak kepenak'e"-lah.


Namun bukan itu yang ingin aku bagikan.


Saat istriku (masih pacar ding benernya) diketahui sedang mengandung, aku berusaha mati-matian mempertahankan janin yang ingin digugurkan oleh orang tua istriku, karena saat itu kami belum resmi menikah. Yah aku memahami rasa malu mereka, namun aku bersikukuh untuk tidak menambah dosa dengan menggugurkan janin yang sedang tumbuh tersebut.
Dan perjuangan yang aku lakukan dengan tetes air mata berbuah.

Saat istriku masih mengandung, dia sering harus tinggal sendirian di rumah pinjaman kami untuk tetap belajar demi kuliahnya yang kurang sedikit. Kadangkala dia aku ajak untuk menemaniku berjaga di warnet dan saat sudah malam, dia akan tidur di bawah meja warnet, beralas jaket sambil menahan dinginnya lantai warnet.
Dan perjuangannya untuk tetap kuliah dan mempertahankan anak kamipun berbuah.

Saat anak kami lahir, dengan berat yang sangat kurang, dia harus tetap tinggal di dalam akuarium berpenghangat. Dia harus tetap terjaga, agar air susu istriku bisa membuatnya bertahan hidup.
Dan perjuangannya untuk hidup pun berbuah.

Ini hanyalah sebagian kecil dari perjuangan yang kami bertiga lakukan di awal-awal kebersamaan. Dan perjuangan tetap akan kami lakukan. Perjuangan untuk semua hal yang layak dan patut kami perjuangkan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.

 
;