(diambil dari peribahasa rumput tetangga lebih indah dari rumput di rumah sendiri)
Hidup bersama istriku, Aning, selama lebih dari 10 tahun, bukanlah hal yang mulus, lancar dan baik-baik saja.Aku masih ingat di awal-awal pernikahan kami, bumbu pernikahan yang sering orang katakan, yaitu pertengkaran adalah satu hal yang mudah terjadi. Mungkin hanya diawali dari hal-hal sepele, misalkan kata-kata dia yang tidak pernah lembut di telingaku, tidak ada mesra-mesranya, terdengar seperti seorang militer, kapan romantisnya ... itu pikiranku. Belum lagi soal masakan, fiuhhh .... boleh percaya dan harus percaya, (hehehehe...) dia mempunyai spesialisasi oseng-oseng dengan berbagai macam sayuran yang bisa diganti-ganti, namun bumbu dasar dan olahannya tetap sama dari hari ke hari, minggu berganti minggu, bulan berganti bulan, hingga tahun berubah pun ... selalu tetap sama.
Contoh, hmmm hari Senin, istriku akan memasak oseng-oseng kangkung, kebetulan untuk mencukupi kebutuhan kami saat itu, aku menanam kangkung di halaman depan rumah pinjaman kami. Istriku akan menyiapkan berbagai macam bumbu, ini salah satu resep andalannya :
1 batang laos yang dimemarkan
5 bawang merah dipotong halus
3 bawang putih dipotong halus juga
3 lombok merah kecil
garam secukupnya
kecap manis secukupnya
air secukupnya
minyak untuk menumis
*** Sayur kangkung
dan acara menumis pun siap dimulai.
Hmmm, kok di depan tulisan Sayur Kangkung ada tanda bintang-bintangnya ?? Kita akan ketahui bersama keesokan harinya :)
Hari Selasa, acara memasak kembali dimulai. Kali ini sasarannya adalah kecambah. Bumbu-bumbu kembali disiapkan istriku, antara lain :
1 batang laos yang dimemarkan
5 bawang merah dipotong halus
3 bawang putih dipotong halus juga
3 lombok merah kecil
garam secukupnya
kecap manis secukupnya
air secukupnya
minyak untuk menumis
*** Kecambah
Nah, semoga sudah mulai mengerti maksudnya tanda bintang-bintang itu :) Masih belum ngeh juga ? Tunggu besok yah :)
Hari Rabu, acara memasak pun telah dimulai sebelum aku berangkat bekerja. Lumayan untuk bekalku selama bekerja sebagai Tukang Jaga Warnet + Tukang bersih-bersih Warnet. Hari ini, aku yang meminta istriku untuk dimasakin sayur bayam, karena aku suka sekali dengan kesegarannya, namun .... rasanya aku salah meminta, karena bumbu-bumbu yang disiapkan antara lain (kembali lagi) :
1 batang laos yang dimemarkan
5 bawang merah dipotong halus
3 bawang putih dipotong halus juga
3 lombok merah kecil
garam secukupnya
kecap manis secukupnya
air secukupnya
minyak untuk menumis
*** Sayur bayam
Hiyaaaaa. Sudah terbayang kan ? kenapa selalu ada tanda bintang-bintang di depan ?
Inilah hal-hal kecil yang kadang membuat aku 1/4 tertawa, 1/4 geregetan, 1/4 mblenger, 1/4 menerima (mau bagaimana lagi, wong sudah kelaparan).
Dan masih banyak-banyak hal lagi yang senantiasa aku kritik dari istriku. Hingga satu malam, kami menonton suatu acara film. ( Ceritanya film romantis nih, heheheh :) ). Kami menonton film tersebut dari awal hingga akhir bersama, ditemani oleh cemilan kecil, kecilllll sekali :). Di akhir film aku berkata, "Non, mbok yah kamu sekali-sekali romantis gitu. Masak enak, terus bikin candle light, terus kita berduaan sepanjang malam". Istriku mengerti dengan maksudku, tampak wajahnya yang terlihat sedikit sedih namun ditutupi dengan senyuman. Dia menghela nafas panjang, tidak berkata apa-apa hanya memegang tanganku, sambil memalingkan mukanya ke televisi yang masih menayangkan iklan layanan masyarakat.
Jujur aku kecewa dengan sikapnya, dalam hati aku berkata, kayaknya aku salah memilih istri, kayaknya dia memang tidak bisa romantis, kayaknya dia .. kayaknya ... kayaknya .. dan masih banyak kayaknya, yang memenuhi otakku dan membuatku memilih untuk meninggalkan dia yang masih melihat televisi. Aku masuk kamar dan tidur dalam kekecewaan.
Keesokan harinya, aku merasa badanku sakit semua. Tenggorokanku tidak enak buat menelan dan rasa sakit memenuhi rongga mulutku. Kenapa ini ? Bergegas aku menuju kamar mandi dan melihat di kaca, wowww, kenapa banyak sariawan di mulutku. Rombongan sariawan darimana ini, ada 4, eh 5, 7, hahhhh 8 ekor sariawan. Istriku yang masih sibuk dengan urusan dapur melihatku dan bertanya, "Kenapa Pa ? Sariawan lagi tah ?".
Aku yang masih menyimpan rasa kecewa setelah kejadian semalam menjawab dengan malas, " He eh, akeh."
Dia menghampiriku dan melihat, "Ke Dokter saja Pa, nanti aku temani, hari ini tidak usah masuk kerja dulu".
"He eh", jawabku pendek, wah ke Dokter aku paling anti, tapi mau bagaimana lagi.
Padat cerita, setelah aku melakukan ritual ke Dokter, yang sangat aku tidak sukai, aku di vonis menderita ... hmm apa yah ... susah lah pokoknya nama medisnya, yang menurut Sang Dokter, biasanya terjadi karena orang tersebut sedang stress dan terkena virus atau semacamnya. Hmmm, aku stress ? Stress apa yah ? Jangan-jangan karena istriku. Hiyahh, kembali aku menyalahkan istriku.
Selama kurang lebih 5 hari aku tersiksa dan bergelut dengan sakitku. Namun, ada satu kejadian yang membuatku membuka mata selama aku berkelahi melawan sakitku. Tuhan sedang menyapa aku melalui istriku. Aku melihat sosok lembutnya setiap hari, setiap jam, setiap menit, setiap detik. Dia merawat anak kami satu-satunya, dia menyuapi anak kami, mengajaknya bermain, sambil tetap mengawasi aku. Setiap kali dia selalu menyempatkan waktu untuk menghampiriku, sekedar bertanya, "Papa pengen apa ? Mau minum coklat lagi, pakai sedotan yah ? Di obati lagi bibirnya ? Maem lagi yah dikit-dikit". Saat dia mengobati bibirku, terlihat sedih sekali wajahnya, mungkin dia tidak tega melihatku, demikian juga saat aku ingin minum dengan sedotan yang sudah disediakannya. Namun dia selalu ingin tampak tegar di hadapanku.
Aku yang tergeletak lemah dan lemas, hanya bisa melihat sosok istriku dari tempat tidurku. Bagaimana dia menyiapkan bubur, untuk aku makan, bagaimana dia menyiapkan coklat untuk aku minum, bagaimana dia membagi waktunya untuk anak kami, bagaimana saat dia tertidur karena lelah tiba-tiba harus bangun karena teringat aku belum minum obat, dan masih banyak banyak banyak hal lagi yang dia lakukan.
Dalam doa, aku bergetar dan menangis. Tuhan, aku telah menyia-nyiakan istriku dengan kata-kataku yang menyinggung perasaannya, aku telah membuatnya merasa tidak berguna sebagai seorang istri, aku telah menyakiti hatinya dan masih banyak banyak banyak lagi penyesalanku. Di tengah-tengah doaku, istriku tiba-tiba sudah ada disampingku. Dia menghapus air mataku, sambil bertanya, " Ada apa Pa, kok Papa menangis ?". Aku tidak bisa menjawab, aku hanya memegang tangannya, memeluk dia, sambil meneteskan air mata. Air mata penyesalan.
Istriku memelukku erat, dia berkata, "Aku tahu Pa, aku tidak bisa mesra, aku tidak bisa membuat Papa merasa nyaman dengan kata-kata lembut, namun aku tahu, aku akan terus menemani Papa dan menyiapkan semua kebutuhan Papa, karena aku menyayangi Papa". Ya Tuhan, aku begitu bodoh dan buta dengan segala hal yang telah diperbuat oleh istriku. Sedemikian bodohnya aku hingga mengharapkan dia menjadi sosok lain dalam hidupku.
"Tapi Pa, aku mau kok belajar memasak. Nanti kalau Papa sembuh, aku akan masak buat Papa. Aku janji ya," ucap istriku di tengah-tengah penyesalanku. Aku kembali memeluknya.
Hari itu, saat aku sudah mulai bisa makan dan minum tanpa bantuan sedotan, istriku memasak satu masakan yang hingga saat ini aku jadikan masakan favoritku. Ikan tongkol dengan bumbu yang ... (hmmm aku ndak jelas ini, pokoknya enak lah .. heheheh ) membuatku berkata, "Enak Non, bener-bener enak".
Dan hari itu aku mendapat pelajaran penting, istriku memang tak seindah istri tetanggaku, namun apakah istri tetanggaku akan mau bersabar menemani aku di saat apapun ? Heheheheh :)
Istriku memang tidak romantis, tidak pandai berkata-kata, namun sikap dan perbuatannya melebihi keromantisan apapun di muka bumi ini.
Istriku memang tidak pandai memasak, namun dengan bumbu cintanya aku bisa kenyang dan selalu ingin cepat pulang setiap harinya.
Istriku memang tidak akan menyediakan bunga yang indah di rumah, namun dia selalu menyediakan dirinya untuk kami setiap saat.
Istriku .... tak seindah istri tetanggaku, namun keindahannya hatinya menyegarkan keluarga kami.
Istriku, aku sayang kamu.
NamBah :
Tx for the idea Mbak Etha :)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.