Tuhan, terima kasih karena aku Engkau ciptakan. Karena Engkau pulalah, aku bisa menghirup udara segar pada 22 Juli, 32 tahun yang lalu. Maafkan aku Tuhan, karena aku tidak pandai mengucap syukur. Mohon, jangan sakit hati Tuhan, karena di bawah ini, akan banyak sekali komplain-komplainku, yang kadang bisa aku jawab, kadang aku mendapat jawaban dari orang lain dan masih banyak yang belum terjawab. Why ?
Tuhan, kenapa aku harus dikandung saat orang tuaku belum menikah ?
Sehingga banyak kejadian yang tidak menyenangkan yang mereka alami (ini menurut cerita yang aku dengar dari Eyangti, ya Tuhan). Misalnya Mamaku dianggap membohongi Eyang, karena berpura-pura tidak mengerti bahwa dirinya hamil
Tuhan, kenapa saat aku kecil Engkau membiarkan aku mengalami kejadian yang tidak menyenangkan (bahkan masih teringat hingga saat ini). Misal saat masih tinggal di Jalan Cidanau, aku pernah harus sendirian di luar rumah pada malam hari, karena di hukum Papa, sebab aku ikut dengan teman-temanku untuk mencari laron di sekitar rumah. Aku kan hanya ingin melihat apa yang dilakukan oleh teman-temanku, karena aku senang sekali melihat laron-laron itu. Dan saat aku ketakutan, karena harus berada di luar rumah sendirian, aku hanya bisa menangis. Aku menangis karena ketakutan Tuhan. Tapi kenapa aku malah dimarahi oleh Papaku, bahkan Mamaku tidak memperhatikan aku. Kenapa Tuhan, aku harus mengalami itu ?
Tuhan, saat aku kecil, kenapa aku harus diikat dengan handuk, di tiang dekat dapur rumah Lahor, oleh Papaku ? Aku hanya menangis, aku hanya merasa ketakutan saja. Salahkah aku Tuhan kalau aku menangis ?
Tuhan, saat aku kelas 4 SD, kenapa Engkau membiarkan aku belajar hingga jam 4 pagi ? Aku benar-benar tidak mengerti Matematika, susah sekali untuk aku mengerti saat itu. Bahkan hingga beberapa kali Papa memukul mejapun aku belum juga mengerti Tuhan. Aku sangat mengantuk Tuhan. Jam 6 pagi aku sudah dijemput oleh mobil antar jemput. Aku mengantuk sekali Tuhan.
Tuhan, saat aku kelas 6 SD, kenapa Engkau membiarkan aku dipaksa untuk belajar berenang ? Bahkan saat aku menolak, karena mual saat melihat air, Papaku menjadi marah dan membuatku harus duduk di ujung belakang sadelku. Kenapa tidak Engkau biarkan saja aku terjatuh saat itu, sehingga aku tidak harus mengalami hari ini ?
Kenapa Tuhan ? Apakah karena aku hanya seorang anak yang sebenarnya tidak mereka inginkan ? Apakah karena aku hanya anak yang membuat mereka malu ? Kenapa Engkau membiarkan aku lahir ?
Tuhan, saat aku kuliah di tahun 1997, kenapa aku harus Engkau biarkan untuk masuk di Pertanian, sedangkan aku ingin masuk Informatika ? Kenapa sekali lagi, Papa harus memaksaku ?
Tuhan, mengapa aku harus dipaksa untuk pindah rumah ? Tidak bolehkah aku tetap menemani Eyangku ?
Tuhan, mengapa aku tidak boleh membuat usaha sendiri ? Kenapa Papa, harus memaksaku untuk bekerja di kantoran lagi ? Bukankah Engkau berkuasa untuk memberiku makan, minum dan penghidupan ?
Tuhan, mengapa hingga saat ini aku masih terus didera ketakutan, kegelisahan, mual, keputus-asaan, ketidak percayaan, bahkan terakhir aku diberitahu, bahwa aku mengalami moody yang bisa sangat berbahaya, mengapa Tuhan ?
Aku pernah kecewa kepadaMu Tuhan, karena mukjizat yang aku selalu pintakan dalam doa, tidak pernah menyentuhku. Ataukah aku masih kecewa kepadaMu Tuhan saat ini ? Aku tidak tahu.
Aku hanya merasa, hanya Engkau yang bisa menyembuhkan aku, memulihkan aku, mengangkat aku, karena Engkau yang menciptakan aku. Tuhan, yang terakhir sebelum aku tutup surat ini, ijinkan aku meminta satu saja, dua deh, atau tiga barangkali, ... aku ingin dekat kepadaMu lagi dan tidak akan pernah kecewa kepadamu selamanya, aku ingin sembuh dari penderitaanku, dan aku ingin bisa penuh sukacita untuk anak dan istriku yang hari ini sedang berulang tahun (7 Januari 2011) serta untuk orang-orang disekelilingku.
Aku sadar Tuhan, aku menjadi kurus, lesu dan tidak semangat karena penderitaanku itu. Bila ini memang kehendakMu, agar aku bisa mengalami semua proses dan rencanaMu, tolong kuatkan aku. Ini dulu Tuhan suratku. Aku mohon, tolonglah aku. Aku berharap, suratku selanjutnya adalah surat yang penuh ucapan syukur dan surat yang penuh kesaksian akan kebenaranMu dan FirmanMu.
Amin.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.