Apakah ini proses Padang Gurun yang harus aku jalani ?
Saat pagi mulai menjelang, desiran angin sisa semalam lembut menyusuri kulitku. Rasanya berat mata ini untuk membuka. Letih, penat, lelah masih menggelayuti setiap sendi-sendiku. Aku kuatkan diriku untuk memulai proses di hari ini.
Siang menjelang.
Matahari mulai menyengat seluruh permukaan kulitku. Sengatnya sedemikian kuatnya, hingga bulir-bulir keringat mulai membasahi sekujur tubuhku. Dari atas kepala, hingga ujung jemari kakiku, semua terasa panas.
Aku bahkan tidak bisa menggambarkan lagi rasa sakit yang aku alami. Sesak menyerang dadaku, pusing menemani kepalaku.
"Ma, ternyata aku ini ndak bisaan yah. Saat aku dikasari orang lain yang biasanya tidak kasar, aku menjadi tidak suka, marah, gelisah dan tidak karuan rasanya. Namun saat orang tersebut, entah kenapa, tiba-tiba menjadi biasa, aku tetap tidak suka. Apakah aku curiga dengan sikapnya, atau aku terlalu waspada, sedang aku sendiri sebenarnya tidak terlalu suka waspada, lebih suka pure ... murni saja .. tanpa tedeng aling-aling ... tanpa tendensi apapun juga."
"Mama, sesak sudah aku rasakan sejak aku berangkat dari rumah. Aku tidak tahu, mungkin masih ada rasa tidak terima dalam diriku.
"Mama, sesak sudah aku rasakan sejak aku berangkat dari rumah. Aku tidak tahu, mungkin masih ada rasa tidak terima dalam diriku.
NA : "Wen, kalau memang kamu sudah tidak menemukan kenyamanan di dalam pekerjaanmu, mungkin ada baiknya kamu mulai memikirkan untuk mengundurkan diri, dan mengatur ulang hal-hal apa yang ingin kamu kerjakan."
Wen : "Yah, mungkin saya memang sudah mulai merasa jenuh, sudah mulai tidak bersemangat, namun saya tidak benar-benar tahu apa yang saya inginkan. Meskipun saya punya impian, yang sangat saya inginkan dalam hidup ini, saya kembali berpikir apakah saya bisa melakukannya, dan apakah hal ini tidak akan mengorbankan istri serta anak saya."
Wen : "Yah, mungkin saya memang sudah mulai merasa jenuh, sudah mulai tidak bersemangat, namun saya tidak benar-benar tahu apa yang saya inginkan. Meskipun saya punya impian, yang sangat saya inginkan dalam hidup ini, saya kembali berpikir apakah saya bisa melakukannya, dan apakah hal ini tidak akan mengorbankan istri serta anak saya."
Beberapa hari yang lalu, istriku dipanggil oleh wali kelas tempat anakku bersekolah. Dari SMS yang dikirimkan istriku, sesaat setelah selesai pertemuan, aku tahu anakku mungkin tidak bisa naik kelas.
Beberapa minggu yang lalu, anakku telah berusaha untuk belajar untuk menghadapi ujian akhir semester. Kadangkala terlihat rasa letih di matanya, bahkan pernah aku jumpai dia sampai tertidur saat belajar. Dalam hati aku berkata, bila ini adalah usaha terbaikmu, aku dukung kamu apapun hasilnya, anakku.
Beberapa bulan yang lalu, kami bertiga pernah terlibat pembicaraan yang cukup serius tentang sekolah Daniel. Aku teringat, aku pernah berkata kepadanya, "Daniel, bila terpaksa kamu tidak naik kelas, Papa harap kamu tidak malu.
Beberapa minggu yang lalu, anakku telah berusaha untuk belajar untuk menghadapi ujian akhir semester. Kadangkala terlihat rasa letih di matanya, bahkan pernah aku jumpai dia sampai tertidur saat belajar. Dalam hati aku berkata, bila ini adalah usaha terbaikmu, aku dukung kamu apapun hasilnya, anakku.
Beberapa bulan yang lalu, kami bertiga pernah terlibat pembicaraan yang cukup serius tentang sekolah Daniel. Aku teringat, aku pernah berkata kepadanya, "Daniel, bila terpaksa kamu tidak naik kelas, Papa harap kamu tidak malu.
Kadangkala ada rasa tidak tega saat melihat anakku berjuang sendirian. Entah saat dia sedang belajar, ataupun saat dia sedang menghadapi satu persoalan, yang kecil di mataku, tapi mungkin besar untuk seorang Daniel yang masih berusia 11 tahun.
Sering rasa tidak tega itu menghinggapi aku, mulai dari dia masih kecil hingga saat ini. Aku tidak mengerti kenapa aku bisa mengalami hal tersebut. Aku tidak sedang ingin menengok kehidupanku di masa lampau, namun mau tidak mau hal tersebut sempat melintas di pikiranku.
Apakah Papa dan Mamaku dahulu juga mengalami hal yang sama dengan apa yang aku alami saat ini ?
Sering rasa tidak tega itu menghinggapi aku, mulai dari dia masih kecil hingga saat ini. Aku tidak mengerti kenapa aku bisa mengalami hal tersebut. Aku tidak sedang ingin menengok kehidupanku di masa lampau, namun mau tidak mau hal tersebut sempat melintas di pikiranku.
Apakah Papa dan Mamaku dahulu juga mengalami hal yang sama dengan apa yang aku alami saat ini ?
Langganan:
Postingan (Atom)