"Ma, ternyata aku ini ndak bisaan yah. Saat aku dikasari orang lain yang biasanya tidak kasar, aku menjadi tidak suka, marah, gelisah dan tidak karuan rasanya. Namun saat orang tersebut, entah kenapa, tiba-tiba menjadi biasa, aku tetap tidak suka. Apakah aku curiga dengan sikapnya, atau aku terlalu waspada, sedang aku sendiri sebenarnya tidak terlalu suka waspada, lebih suka pure ... murni saja .. tanpa tedeng aling-aling ... tanpa tendensi apapun juga."
"Mama, sesak sudah aku rasakan sejak aku berangkat dari rumah. Aku tidak tahu, mungkin masih ada rasa tidak terima dalam diriku.
Di dalam mobil, aku masih merasakan sesak, rasa yang pernah aku rasakan saat aku dulu tiba-tiba diserang kepanikan. Jujur berat untuk menuliskannya sekarang, karena terbayang saat-saat tersebut. Berat. Cukup."
"Tuhan, kalau boleh jujur, aku hanya ingin tahu, apa kehendak-Mu atas hidupku ini. Bagaimana aku bisa melalui hal-hal yang menurutku tidak normal ini dengan baik ? Bagaimana aku bisa keluar dari sesuatu yang sangat dalam ini ? Bagaimana aku bisa tetap mengucap syukur atas semua ini ?"
Saat aku menulis, ada rasa sesak, rasa dingin, rasa putus asa, rasa tidak enak.
Aku coba untuk menarik nafas panjang, tapi tetap sesak rasanya.
Kepalaku sebelah kiri terasa berat.
Mataku rasanya malas untuk dibuka.
Ada rasa dingin di tangan kiriku.
Ingin menangis, tapi tidak bisa.
Aku tutup mata sejenak.
Kubuka mataku lagi.
Mencoba melihat keadaan sekelilingku yang sebenarnya.
Kunaikkan kakiku ke kursi, untuk menahan rasa tidak enak, yang sepertinya ingin muncul.
Rasa mual ?
Rasa panik ?
Rasa tidak enak, yang sulit aku gambarkan.
Kututup wajahku dengan kedua tanganku.
Ada tangis yang ingin keluar.
Kuberkata dalam hati ... Tuhan ... Tuhan ... Tuhan.
Sampai kubuka lagi tanganku ... mataku dan kutuliskan apa yang aku rasakan.
Sedikit rasa lega.
Saat kututup mata dan kubersyukur.
Kututup lagi mataku.
Kacau pikiranku, mengembara kemana-mana
Sekilas aku di gereja, sedang berdoa dan menangis
Sekilas aku di rumah sakit memanggil nama istriku
Sekilas aku berkata, aku malas ke gereja, malu karena mual dan tangis saat doa
Ya Tuhan, aku menangis .. sedikit .. sedikit sekali
Ada rasa aneh yang ingin mendorong keluar dari dalam diriku
Sesak rasanya ingin keluar
Tuhan
hanya Engkau saja yang bisa dan sanggup membebaskanku dari belenggu ini
bukan orang lain, bukan tuhan yang lain
Hanya Engkau saja Yesus. Hanya Engkau saja
Kucoba membaca paragraf di atas
Dan tidak enak rasanya
Aku ingat temanku Fe**
Ndak tahu kenapa, aku merasa cuma dia temanku disini
meskipun tidak benar-benar dekat
susah rasanya.
Benar-benar aneh yang aku alami ini
Aku berharap rasa tidak nyaman ini, hanya karena aku harus "ke belakang"
Karena aku memang dari "belakang"
Sambil mendengarkan kotbah Philip Mantofa di handphoneku
Setelah keluar dari "belakang", rasanya sedikit enak
Saat aku menutup jendela ruanganku
Aku berkata dalam diri "Ma, aku ingin liburan hari Kamis depan kita ke Ngadireso yah, mengenang kenaikan Yesus."
Mungkin aku terpancing karena hawa dingin yang mengenai wajahku melalui jendela yang baru saja aku tutup
yang sempat aku hirup dan membayangkan suasana dingin di Ngadireso
Aku tidak tahu, kapan aku akan mengakhiri tulisanku
Rasanya tanganku tidak mau berhenti
dan sepertinya ini adalah pengalihanku, pelarianku, dan lain-lain ... dari rasa sesak dan tidak enak yang aku alami
Tuhan, adakah jalan hidupku ini, yang aku tulis, bisa berguna untuk orang lain ?
Ataukah hanya akan menambah malu pada diriku ?
aku tidak tahu
Rancanganku bukan rancangan-Nya
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.