Selasa, 15 November 2011

Mendekati dengan hati

Dulu saat aku pertama kali bekerja, sebelum akhirnya aku ditempatkan di pabrik, aku sempat menempati kantor di rumah salah satu owner perusahaanku. Disana aku membantu di bagian desain stiker. Sekitar 1 tahun kemudian, muncullah seorang pimpinan yang telah lama bergabung di grup ini dan entah bagaimana dia mengajakku untuk bergabung di pabrik yang sekarang aku tempati.

Awalnya beliau memberiku tugas untuk membuat layout format surat menyurat dan kelengkapan administrasi. Semuanya kukerjakan dengan senang hati, karena memang inilah spesialisasiku saat itu. Mungkin dari sanalah beliau tertarik dan mengajakku ngobrol kemudian mengajakku untuk bergabung dalam divisinya yang baru.
Beliau mendekatiku dengan hati. Bukan dengan uang.

Saat ini, setelah sekian lama aku menempati perusahaan yang cukup besar ini, aku selalu menemukan hal-hal yang baru, hal-hal yang enak dan hal-hal yang tidak enak di hati, karena bertentangan dengan nuraniku. Seorang manajer baru atau apalah istilahnya bergabung di perusahaan ini. Dulu sebelum "nyemplung" di perusahaan, dia pernah bekerja di salah satu anak perusahaan grup ini. Sehingga mudah bagi dia untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan atas. Inilah yang akan menjadi kekurangan dia kelak, bila tidak segera dibenahi.

Satu kali diadakan meeting antar kepala bagian dan beberapa manajer yang berkaitan dengan masalah produksi. Tentu saja aku tidak ikut, lha wong aku bukan kepala apalagi manajer, aku sebut diriku sebagai pundak ... lutut .. kaki .. lutut .. kaki .. hehehe :)
Aku tidak mengerti apa yang mereka bicarakan, namun aku bisa menebak apa yang mereka perbincangkan, karena tiba-tiba di mejaku ada seonggok kertas, yang bertuliskan beberapa kalimat motivasi, agar bisa segera aku buatkan desainnya. Hmmm, ini aneh. Tidak ada hujan, meskipun sudah hampir musim hujan, tidak ada angin, karena jendela aku tutup dan aku gunakan AC, kok tiba-tiba ada order desain semacam ini. Hehehe, aneh kan ?

Sempat aku berbicara sedikit dengan orang baru tersebut dan mengutarakan pendapatku tentang order desain itu, namun hembusan angin dari AC seolah mendorong kata-kataku ... wussssss .. lembut dan menghilang.



Jujur, ini pendapatku.
Teman-temanku di bagian produksi, atau yang sering disebut oleh level staf, kepala dan manajer sebagai "anak belakang", adalah orang-orang yang simple, cerdas, dan bekerja tanpa banyak pikir. Maksudnya bukan mereka tidak punya pikiran, namun apa yang diperintahkan dan perintah tersebut jelas, mereka tidak akan berpikir lebih lama lagi untuk mengerjakannya. Beda dengan level staf, kepala dan manajer, yang selalu ada dialog, kadang-kadang monolog alias "nggremeng" tidak karuan dan banyak lobi-lobi serta asap rokok di tengah hembusan AC. Jadi mirip pegunungan ruangannya, ada kabut dari asap rokok dan ada hawa dingin dari AC. Hehehe :)

Cara berpikir, cara bekerja dan cara mencerna sesuatu inilah yang membedakan "anak belakang" dan orang-orang "nduwur". Hal ini tidak disadari oleh si orang baru, sehingga menelorkan satu gagasan, entah itu murni gagasan dia, atau modifikasi gagasan orang lain, untuk memasang spanduk berukuran besar dan bertuliskan kata-kata motivasi. Kata-kata yang mungkin bisa dibaca dengan jelas oleh "anak belakang", namun belum tentu mengena di hati mereka.
Untukku, "anak belakang" adalah anak-anak yang istimewa. Pendekatan dan pemotivasian diri mereka adalah sesuatu yang perlu, namun harus dilakukan dengan cara yang istimewa pula. Cara hati, bukan cara tulisan. Hati punya arti yang lebih dalam dan lebih lama. Tulisan, hanya akan jadi bahan bacaan yang mudah dilupakan, sebelum menjadi bahan olokan.

Teman-temanku di belakang. Bersabarlah. Tetaplah bersemangat, aku berdoa khusus untuk kalian. Kalian layak disebut pahlawan perusahaanku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.

 
;