Hitam Putih, adalah salah satu acara favoritku bersama keluarga. Bukan karena latah, namun anak dan istriku sama-sama menyukai sang pembawa acara - Deddy Corbuzier, sang pianis - si Anu dan sang beatbox - Billy. Juga bintang tamu pengisi acara yang memiliki banyak cerita spektakuler, yang kadang mempunyai nilai kehidupan yang luar biasa. Yang jelas, celetukan, candaan, sindiran dari sang pembawa acara juga menjadi daya tarik tersendiri bagi kami, yang membuat kami kadang berkata "hmmm, bener juga yah ".
Di salah satu sesinya, dia pernah berkata "Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa pahlawannya. Jadi bangsa kita adalah bangsa yang kecil, karena tidak menghargai para pahlawan". Hehe, Ded, kamu benar.
Aku mungkin tidak pernah menemui secara langsung para pahlawan yang hidupnya "babak belur". Baik pahlawan yang dahulu menenteng senjata untuk melawan penjajah, maupun pahlawan bangsa yang berkiprah dalam hal olah raga, ilmu pengetahuan, kedokteran, pengabdian pada orang miskin, pengabdian pada anak terlantar dan masih banyak lagi pahlawan-pahlawan hebat lainnya.
Meskipun aku tidak pernah menemuinya secara langsung, namun banyak acara TV yang mengupas tentang hal itu. Sebutlah salah satu acara favorit kami sekeluarga lainnya yakni Kick Andy. Wow, ini malah lebih dahsyat lagi dalam mengupas cerita-cerita kepahlawanan anak bangsa di jaman dulu dan jaman sekarang.
Mulai dari pejuang veteran yang rumahnya akan mengalami penggusuran karena pensiunannya tidak cukup untuk membeli sepetak tanah yang dulu dia perjuangkan, anak cacat yang prestasinya mencapai tingkat internasional dalam bidang olah raga namun tidak memiliki fasilitas dan dukungan dari pemerintah, duta kecantikan yang juga cacat tapi tidak pernah disapa mungkin karena tidak pernah pakai baju renang one piece atau two piece, peneliti yang direkrut negara asing karena tidak mendapat biaya dari pemerintah dan masih banyak lagi cerita-cerita miris lainnya, yang diukir di Indonesia.
Dan di saat-saat seperti itulah aku beberapa kali berkata kepada istri tercintaku, "Lihat Ma, pemerintah kita modelnya kayak gini. Aku memang belum bisa berbuat apa-apa untuk menolong mereka (para pahlawan terlantar), tapi kalau aku mendukung pemerintahan dan orang-orangnya yang kayak gini, yo gendeng berarti aku Ma. Gini disuruh bayar pajak, disuruh jadi warga yang baik, disuruh inilah itulah. Hahhhh .... edian tenan." Hehehe, selalu aku tutup dengan makian.
Istriku cuma bisa "ngiyem" saja melihat aku yang penuh dengan emosi. Marah tapi tidak bisa berbuat apa-apa. Akhirnya cuma dipendam. Dan aku tuangkan kekesalanku lewat tulisan ini, meskipun tidak ada yang membaca, wong blog-ku tidak pernah aku publish di dunia luar. Hehehe.
Aku menyadari, pasti jadi Presiden itu sulitnya bukan main. Jadi ketua kelas saja sudah cukup sulit untukku dulu, karena harus ngurusin puluhan teman-teman yang bawel, apalagi jadi Presiden yang setiap hari berurusan dengan orang-orang "cerewet" yang tidak pernah puas. Aku tidak hendak mendemo apalagi mencela cara Presiden memerintah saat ini, wong aku cuma orang biasa. Namun aku terpaksa juga tidak bisa mendukung mereka semua, orang-orang yang duduk di pemerintahan. Atau anggap saja aku sudah mendukung mereka, toh aku sudah membayar gaji mereka, dari gajiku yang dipotong setiap tahun lewat "tata cara pajak".
Protesku yang paling lucu dan tidak pernah dapat tanggapan adalah, aku tidak pernah mau ikut dalam Pemilu, Pilkada dan Pil Pil lainnya. Saat aku pertama kali ikut Pemilu, itu karena ada cewek yang lumayan cantik di tempat tinggalku dulu. Saking cantiknya sampai aku tidak konsentrasi saat mencoblos, akhirnya .. blusss .. aku coblos semuanya. Hehehe ... alias Golput.
Tidak tahu, sampai kapan aku akan menjalankan aksi protesku ini. Wong aksi protesku ini tidak ada yang tahu. Wong aksi protesku ini tidak mempengaruhi siapa yang akan jadi Presiden, siapa yang akan duduk di lembaga pemerintahan dan siapa yang akan jadi koruptor berikutnya. Wong aku ini wong cilik yang cuma suaranya cilik sekali.
Aku cuma bisa berdoa pada Tuhanku yang besar. Gusti, beri aku power untuk bisa membantu pahlawan-pahlawan bangsa ini, tapi jangan jadikan aku pahlawan, karena aku tidak mau bernasib seperti mereka. Amien.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.