Selasa, 22 November 2011

Utang yang tak bisa terlunasi

Dengan tergopoh-gopoh dan keringat bercucuran Andri berlari menuju ruang kerja temannya, Todar.
"Todar, tolong aku. Aku butuh uang segera", kata Andri sambil terengah-engah dan nafas tak beraturan.
"Hei, tenang bung. Pelan-pelan. Easy man, easy," sahut Todar sambil berdiri dari kursi yang didudukinya seraya menghampiri Andri.
"Bagaimana aku bisa tenang, beberapa debt collector telah mendatangi rumahku. Istriku sampai ketakutan. Tolong aku Todar, tolong", kata Andri.
"Hmm, kalau boleh tahu, berapa hutangmu pada mereka ?" tanya Todar.
"Itulah, aku salah memang. Aku terlalu banyak berhutang," jawab Andri dengan wajah yang putus asa.
"Iya, banyak sih banyak, tapi berapa ? Yang jelas lah kau, macam politikus saja mbulet ndak jelas," kata Todar kemudian.
"Aku punya hutang di beberapa bank, lewat kartu kredit yang aku gunakan. Ada 4 kartu kredit, masing-masing sudah tembus 3 juta. Lalu aku berhutang lewat temanku ke koperasi, 7 juta. Dan istriku berhutang 30 juta ke bank. Ahhh, tolong aku Todar. Aku benar-benar bingung ini." keluh Andri.
"Hahhh ? Kamu hutang sebanyak itu ? Berapa gajian kau ini per bulan ? Gila kau ini ! Sampai tua, juga tidak akan bisa kau lunasi hutang kau ini."


Mungkin dalam hidup ini kita pernah menemui kejadian seperti di atas atau mungkin kita sendiri pernah dan sedang mengalaminya. Seorang teman kita berhutang dengan kemudahan yang ditawarkan oleh bank melalui kartu kredit, namun lupa menghitung beban bunga dan lain-lain yang harus dibayarkan. Belum lagi bila mengalami keterlambatan, maka akan dikenakan denda atas keterlambatan. Kejadian tersebut mungkin bisa menimpa kita juga, bila kita berhati-hati dan bijaksana dalam mempergunakan segala fasilitas dan iming-iming yang diberikan oleh kartu kredit.
Akhirnya jalan pintas banyak dilakukan oleh orang-orang yang menumpuk hutangnya. Mulai dari melarikan diri, berhutang di tempat lain lagi, atau membiarkan kartu kreditnya diblokir. Cara yang terakhir ini, mungkin banyak menjadi pilihan bagi siapapun yang sudah terbelit hutang. Mereka mengasumsikan, biarlah kartu kreditnya diblokir, yang penting hutangnya dianggap lunas dan bebas dari hutang. Tapi mereka lupa, bahwa akibat perbuatannya tersebut, mereka akan di-blacklist oleh semua bank. Ini resiko yang jarang sekali dipikirkan ke depannya.


Bagaimana bila hutang kita bukan dalam bentuk uang, namun dalam bentuk hutang dosa ?
Bagaimana kita membayarnya ? Bukankah kita tidak bisa menghitung berapa jumlah dan berapa beratnya hutang dosa kita ?

Saya pribadi telah menemukan jawabannya dari berbagai macam sumber dan pemahaman pribadi, yang saya yakini berasal dari Tuhan sendiri. Sedikit ada perasaan yang tak karuan saat saya menuliskannya. Perasaan tak percaya bahwa saya memperoleh "sesuatu" ini, karena saya merasa diri saya adalah sosok yang tak pantas untuk memiliki "sesuatu" ini.
Seperti dalam tulisan saya sebelumnya, tentang Anugerah, sekali lagi saya dikuatkan bahwa saya diberi Anugerah yang luar biasa. Anugerah pembebasan dari beban dosa, Anugerah yang menjamin keselamatan saya kelak. Dan Anugerah ini diberikan Tuhan langsung kepada saya pribadi dan saya yakin kepada semua orang yang mau percaya kepadaNya. Dan Anugerah ini adalah "sesuatu" yang membuat saya merinding bila memikirkannya.
Saya merinding, karena saya seperti seorang yang berhutang teramat banyak, namun tiba-tiba diberi jaminan bebas dari segala macam hutang. Bahkan mungkin untuk hutang-hutang yang akan datang, yang tentu saja tidak ingin saya lakukan lagi.

Wow, semudah itu ? Ya, semudah itu. Kita tidak perlu jumpalitan untuk melakukan berbagai hal agar bisa bebas dari beban dan hukuman atas dosa-dosa kita. Karena perbuatan baik yang kita lakukan di dunia ini, tidak bisa membuat kita bebas dari beban dan hukuman dosa. Untukku pribadi, perbuatan baik yang saya lakukan adalah sebagai bentuk tanggung jawab dan bentuk "penjagaan" diri sendiri agar tidak terjatuh lagi di lubang yang sama. Sekali lagi, bukan untuk ditukarkan dengan perbuatan dosa.

Yakin dan percayalah kepada Tuhan. Saya ? Saya yakin dan percaya kepada Yesus saja. Meskipun orang lain melihat saya terseok-seok dan bahkan hampir-hampir terjerembab, namun saya yakin, Yesus saja yang bisa melihat ke dalam, bukan bagian luar yang dilihat manusia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.

 
;