Pagi ini kutuliskan apa yang aku rasakan. Seperti ada rasa menyerah. Sedikit pusing di kepala, sakit perut, belum sampai mual, namun kepala bagian belakangku rasanya sudah sangat berat. Dan sekarang sudah mulai datang rasa tidak enak diperutku.
Pagi ini, rasanya tidak enak bagiku. Aku berusaha meyakinkan diriku, bahwa aku bisa, namun rasanya semakin berat saja. Aku berusaha menenangkan diri dengan mendengarkan lagu-lagu rohani, namun aku benar-benar tidak bisa mengalihkan rasa tidak nyaman ini.
Rasanya seperti mau menangis saja,
tapi tidak bisa. Begitu banyak yang aku pelajari, begitu banyak yang aku dengar, tentang mengasihani diri sendiri, tentang treatment dari diri sendiri, tentang berdamai dengan diri sendiri, semuanya. Dan semuanya itu tidak bisa mengangkatku dari lumpur menyerah. Aku seperti sendirian lagi. Sendirian menghadapi terkaman lumpur maut yang menantang di depanku.
Hidup ini memang hidupku sendiri, rasa-rasanya aku tidak mungkin menunggu orang lain untuk menolongku. Rasanya tidak ada seorangpun yang mengerti. Tidak ada seorangpun yang mendorongku. Satu persatu dari mereka telah pergi. Entah karena mereka bosan, entah karena kesibukan mereka, atau memang ini yang disebut takdir.
Aku sudah lelah untuk menyalahkan orang-orang yang membuatku menjadi seperti ini. Aku ingin mereka keluar dari hidupku. Bahkan untuk orang-orang yang tidak penting sekalipun. Aku tidak ingin pikiranku terganggu oleh sekecil-kecilnya perbuatan mereka. Tolong aku.
Aku belum bisa menempatkan diriku di lingkunganku.
Renunganharian.net
DUA PERTOBATAN
- Published on Sunday, 15 January 2012 00:00
- Written by Johan Setiawan
- Hits: 19
Sama seperti Engkau telah mengutus Aku ke dalam dunia, demikian pula Aku telah mengutus mereka ke dalam dunia (Yohanes 17:18)
Bacaan Alkitab Setahun:
Ayub 40-42
Martin Luther mengatakan bahwa tiap orang kristiani seharusnya mengalami dua pertobatan. Pertobatan pertama adalah menanggapi panggilan Tuhan untuk keluar dari dunia masuk ke dalam gereja. Yang kedua adalah diutus kembali ke dalam dunia untuk membawa pesan dan mewujudkan kerajaan Allah.
Perkataan Luther ini menggaungkan doa Yesus menjelang akhir hayat-Nya. Benar bahwa para pengikut Yesus memang dipanggil keluar dari kegelapan dunia menjadi warga kerajaan Allah. Mereka berbeda dari dunia (ayat 14, 16). Tetapi, orang-orang ini tidak langsung dibawa pergi dari dunia (ayat 15). Mereka justru diutus kembali ke dalam dunia, hidup di tengah-tengah masyarakat (ayat 18). Persekutuan orang percaya atau gereja, dalam bahasa Yunani disebut ekklesia, yang secara harfiah berarti “dipanggil keluar”. Orang percaya juga disebut sebagai garam dunia (lihat Matius 5). Dunia yang tidak sedap dan sedang membusuk memerlukan keasinan dan kehadiran garam, yaitu para pengikut Yesus yang memenuhi hakikat dan panggilan keberadaannya.
Ketika berbalik dari dosa dan memercayai Yesus sebagai Tuhan dan Juru Selamat, kita telah mengalami pertobatan pertama. Namun, sudahkah kita juga mengalami pertobatan yang kedua? Bagaimanakah hubungan kita dengan dunia di mana Tuhan menempatkan kita: tempat kerja, lingkungan pergaulan, keluarga besar, bahkan orang-orang yang belum percaya? Apa yang dapat kita lakukan agar kehadiran kita sungguh menjadi utusan kabar baik kerajaan Allah dan mewujudkan “tubuh” kehadiran Kristus di sana? —JOO
BEGITU BESAR KASIH ALLAH AKAN DUNIA
SEBERAPA BESAR KASIH ANAK-ANAK-NYA?
SEBERAPA BESAR KASIH ANAK-ANAK-NYA?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.