Beberapa waktu yang lalu, aku lupa tepatnya hari apa, aku membaca Renungan Harian tentang imam-imam bangsa Israel, yang karena mengalami kekalahan dalam berperang, akhirnya mereka bersepakat untuk bertanya kepada Tuhan. Namun mereka juga mengadakan kesepakatan untuk mengambil Tabut Perjanjian, untuk ditaruh di tengah-tengah mereka, agar mereka bisa memperoleh kemenangan dalam berperang.
Pada awalnya, mereka telah benar dalam menyikapi keadaan sulit yang tengah mereka alami. Mereka ingin datang kepada Tuhan. Namun kemudian mereka membenarkan diri mereka sendiri, bahwa dengan mendatangkan Tabut Perjanjian, mereka telah melakukan perbuatan yang mengandung unsur "kebenaran Tuhan".
Di jaman sekarang, banyak orang-orang Kristen yang melakukan hal-hal demikian.
Saat mengalami kesulitan atas problema hidup mereka, dengan yakin dan merasa benar, mereka mendatangi hamba-hamba Tuhan, pendeta dan orang-orang yang mereka anggap dekat dengan Tuhan, untuk bertanya. Bertanya apa yang harus mereka lakukan. Contohnya di dalam keluargaku.
Satu kali, salah seorang tanteku mengalami kesulitan di kantornya. Begitu peliknya masalah tersebut, membuat dia bersama suaminya datang ke rumah kakak tertua mereka. Dari sana, entah bagaimana ceritanya, akhirnya mereka mendatangi rumah salah seorang pendeta. Disana mereka bercerita tentang masalah mereka dan bertanya tentang hal-hal apa yang harus mereka lakukan. Sang pendeta dengan yakin menjawab "Tenang saja, orang-orang yang memfitnahmu, akan segera dihabisi oleh Tuhan". Mungkin ritual doa secara kekristenan telah mereka lalui bersama di rumah sang pendeta, yang sebelumnya berkata, bahwa sebenarnya dia tidak mau, orang datang kepadanya untuk bertanya tentang hal-hal semacam itu, namun entah mengapa, pagi itu dia merasa jantungnya cukup enak sehingga mau menjawab pertanyaan-pertanyaan seputar masalah yang dihadapi oleh tanteku.
Cerita ini aku ketahui beberapa hari setelahnya. Saat itu papaku bercerita tentang masalah yang dihadapi oleh tante, dan entah bagaimana, aku tersenyum dan dengan yakin berkata "Tenang ae pa, orang-orang itu akan dibabat habis sama Tuhan."
"Lha bener. Pak pendeta juga berkata demikian. Duh, mbok yo, suatu saat nanti, kowe iso koyok pak pendeta ngono," kata papaku menyahuti.
Saat itu aku ingin tertawa, namun aku tidak tahu harus tertawa di bagian mana.
Beberapa hal yang aku pelajari dan aku ketahui hingga saat ini mungkin banyak yang bertentangan dengan apa yang diyakini dan dipelajari oleh keluargaku.
Satu, jika aku ingin bertanya tentang masalahku kepada Tuhan, ya aku tinggal tanya saja. Nanti jawabannya, ya, terserah cara dan waktu Tuhan.
Kedua, yang aku dengar, dari hampir banyak kotbah pendeta, selalu berkata "Tuhan akan membelamu", "Tuhan akan melindungimu", "Tuhan ada di pihakmu", namun mereka seperti sekadar mengucapkannya atau kata-kata tersebut tak lebih dari kata-kata hipnotis yang akan memotivasi orang lain.
Belum lagi kata-kata kejam seperti "Biarlah murka Tuhan menghabisi mereka", "Kejahatan mereka akan dibalas oleh Tuhan", "Binasalah mereka oleh karena Tuhan".
Hai, sebenarnya yang menjadi Tuhan itu siapa sih ? Kok bisa-bisanya manusia ciptaanNya, menebak arah berpikir Tuhan.
Ketiga, aku bukan pendeta, aku juga tidak pengen berlagak jadi pendeta yang sok dukun. Jika mereka memang memiliki anugerah lebih dari Tuhan, mereka pasti akan memiliki ribuan kasih, kerendahan hati, tutur kata yang baik dan milyaran hal-hal baik lainnya. Bukan sekedar berkarisma. Karena sekali lagi, menurutku itu semua hanyalah anugerah dari Tuhan. Bila anugerah itu tidak diberikan atau telah dicabut, dengan kuasa mana mereka akan melakukan hal-hal tersebut. Untuk satu hal ini, aku telah mengalaminya sendiri. No, bukan aku sebagai "dukun"-nya, namun aku telah melakukan jalan yang salah, dengan bertanya kepada orang yang aku anggap "mengerti", dan dengan lantang dia menjawab "Bukan mendahului kehendak Tuhan, namun kamu akan mengalami perubahan di bulan Februari 2011." Untungnya aku tidak mengalami perubahan apapun, sehingga aku tidak terjerumus lebih jauh.
Aku tidak menyalahkan jika seseorang datang kepada hamba Tuhan, untuk bertanya. Just asking, tentang sesuatu hal yang dituliskan di dalam kitab kehidupan. Bukan bertanya, menurut Tuhan apa yang harus dilakukannya. Mencari jawaban berdasarkan apa yang diajarkan Tuhan melakui Kitab Suci, mungkin menjadi jawaban yang utama. Bertanya secara langsung kepada Tuhan, mungkin menjadi yang terutama. Menjadi lebih dekat kepada Tuhan mungkin adalah keutamaan.
Buatku yang masih belajar ini, semua hal adalah suatu kemungkinan. Kemungkinan yang aku yakini untuk diriku. Mungkin bukan untuk Anda.
Karena sekali lagi aku katakan, aku bukan kamu, aku bukan Anda, demikian juga sebaliknya. Biarlah cara dan waktu Tuhan saja yang berlaku atas hidup kita semua.
**
Mungkin ini adalah salah satu kritikanku kepada orang-orang yang menyebut dirinya "Pendeta", "hamba Tuhan", "pelayan gereja", dll. Aku tidak membenci mereka, karena mereka adalah pilihan Tuhan, bukan memilihkan diri mereka untuk Tuhan. Namun saat mereka menggantikan peran Tuhan, sehingga manusia berbondong-bondong untuk bertanya kepada mereka, aku pikir mereka tidak layak mendapat julukan-julukan yang kusebutkan sebelumnya :)
Karena mereka sudah bukan lagi "Pendeta", "hamba Tuhan", "pelayan gereja", dll, tapi mereka adalah Tuhan itu sendiri.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.