Kamis, 07 Juni 2012

Kebetulan yang bukan Kebetulan

Entah mulai kapan tepatnya aku mulai berlangganan Renungan Harian, yang setiap harinya masuk ke dalam alat canggih kecil, yang biasa aku bawa. Aku pernah berkata, aku tidak akan menyia-nyiakan alat ini, dan aku ingin alat ini juga berfungsi bagiku untuk bisa membaca Renungan atau Firman Tuhan.
Aku yang malas membaca Alkitab, apalagi Renungan Harian, perlahan-lahan mulai "menyempatkan" diri untuk membacanya. Pada awalnya hanya membaca, kemudian aku coba untuk mengingat. Baik ayatnya maupun Renungannya. Kemudian aku mulai berdoa sebelum dan sesudah membaca. Dan aku mulai merasakan "sesuatu" yang aneh.

Aku bukanlah tipikal manusia yang percaya ritual, mistik
dan lain sebagainya. Dan aku juga tidak mau orang menganggapku aneh karena sesuatu yang aku alami. Tapi akhirnya aku kesampingkan itu semua, dan aku tuliskan disini, jujur dengan sedikit perasaan yang tidak mau dianggap aneh dan takhayul oleh yang membaca.

Beberapa kejadian yang terjadinya, awalnya tidak aku sadari mempunyai kaitan dengan Renungan Harian yang aku baca. Tapi setelah beberapa kali aku alami, akhirnya aku putuskan untuk berdoa.
"Tuhan, berfirmanlah padaku hari ini."
"Tuhan, apa yang hendak Tuhan katakan padaku hari ini."
"Tuhan, terima kasih untuk firmanMu hari ini."
"Tuhan, terima kasih Engkau mengingatkan aku lagi melalui firman hari ini."

Banyak. Banyak kejadian yang aku alami. Terkadang aku membaca satu Renungan Harian, kemudian ada kejadian yang sama yang aku alami pada hari itu juga atau keesokan harinya. Dan aku seperti diingatkan kembali atas Renungan yang telah aku baca.
Terkadang aku mengalami dahulu, baru keesokan harinya, di dalam Renungan Harian aku mendapati penjelasan atas kejadian yang telah aku alami. Dan mungkin yang terakhir ini yang paling sering aku alami.

Jujur, aku menyangkal hal ini pada awalnya. Namun saat ini aku tidak mau banyak berpikir. Aku imani Renungan Harian ini, sebagai sarana Tuhan untuk membentukku, untuk meluruskan jalanku, untuk memperbaiki kelakuanku, seperti kata-kata temanku, Febi.

Sebagai manusia yang tidak mudah percaya takhayul, mistis, dan sebagainya, masih ada terbersit sedikit keragu-raguan. Dan untuk yang satu ini aku tetap doakan. Aku tidak mau terjerembab dalam pemahamanku semata, namun aku juga tidak mau kepekaanku akan Tuhan menjadi hilang kembali.

***
Beberapa cerita yang aku alami terakhir :
1. Aku pernah bertengkar dengan istriku tersayang, Aning. Dan aku cukup ingat bahwa keesokan paginya, aku ditegur melalui Renungan Harian. Jujur aku lupa apa ayatnya, namun aku ingat, bahwa aku berkata kepada istriku, bahwa aku diingatkan akan perbuatanku melalui Renungan pagi itu.

2. Tanggal 28 Mei, aku bermimpi. Aku melihat Eyang Kakungku yang sudah meninggal. Dia ada bersama aku di dalam rumah Lahor. Saat itu ada sesuatu yang aneh, karena aku seperti bisa melihat bagian atas rumah. Saat itu atap rumahnya banyak yang berlubang dan rusak. Aku berkata kepada Eyang, "Itu atapnya banyak lubang, kena serangan rayap." (yah mungkin karena rumahku juga habis disikat rayap yah :) .... kebetulan ?? )
Lalu setengah sadar, entah bagaimana, aku mendengar atau mendapati, entah kata-kata apa yang tepat untuk melukiskannya, namun yang jelas kata-kata itu adalah "Seperti itulah kerohanian orang yang tinggal di dalamnya, dari bawah terlihat bagus, namun dari atas nampak berlubang-lubang."

Dan Renungan Harian tanggal 29 Mei pagi tentang "Pengurangan Bencana" dengan mengambil ayat dari Kejadian 41 : 25 - 40, tentang mimpi Yusuf.

Kebetulan ???

3. Tanggal 5 Juni, aku berbagi cerita dengan temanku di pabrik, Febi. Ada salah satu kalimat yang dikatakannya "tetap ajari anakmu untuk membaca Alkitab". Jujur pada saat itu, aku tidak terlalu memikirkannya, dengan banyak alasan.
Tanggal 6 Juni, Renungan Harian menuliskan tentang "Ayat Alkitab sebagai asupan yang baik untuk dibaca, dihapal, direnungkan, dilakukan, dan sebagainya", kurang lebih seperti itulah.

Ah, kebetulan lagi kah ????


Dari sekian banyak kejadian, dan sedikit yang aku tulis di atas, aku tetap berdoa dan meminta kepada Tuhan untuk tetap menuntunku, mau lewat Renungan, mau lewat apapun juga. Aku pasrah dan aku tidak mau merancang-rancang "kira-kira Tuhan mau ngomong sama aku lewat apa yah hari ini ?".

Tuhan Yesus, terima kasih. Aku sangat berharap, sekali lagi, apa yang dikatakan temanku Febi benar. Tuhan masih memperhatikan aku, Tuhan masih ingin meluruskan jalanku, Tuhan masih ingin menuntunku kembali.

Terima kasih Tuhan Yesus, terima kasih.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.

 
;