Jumat, 22 Juni 2012

Surat untuk Daniel, anakku - dan Aning, istriku

Selama kita bersama, bertahun-tahun lamanya, aku tidak yakin, apakah aku sudah bisa menjadi seorang bapak dan suami seperti bayangan kalian. Aku sangat tidak yakin.
Andai saja mualku ini tidak menjadi penghalangku, mungkin aku bisa menjadi lebih daripada saat ini. Mungkin.
Namun, aku tetap berusaha menjadi yang terbaik untuk kalian berdua, menurut versiku.

Daniel, papa bukanlah sosok yang baik untuk kamu tiru. Tidak banyak hal-hal baik yang bisa kamu tiru dari sosok papa. Bahkan kadangkala papa berdoa, agar Tuhan
mau langsung menuntunmu, atau Tuhan menunjukkan orang lain yang lebih baik daripada papa untuk jadi panutan bagimu saat ini.
Papa tidak tahu, bagaimana harus bersikap menjadi seorang papa bagimu. Bagi papa, Daniel adalah sosok anak yang baik, ceria dan selalu penuh semangat untuk menjalani apapun juga setiap harinya. Jujur, papa bangga melihatmu. Papa selalu senang untuk menyebutmu "teman papa". Kamu teman yang terbaik bagi papa saat ini. Melihatmu penuh kelucuan dan tingkah polahmu, papa selalu bisa tertawa dan tersenyum, bahkan setelah beberapa hari kemudian saat papa mengingatnya.
Kamu pasti masih ingat suara di handphonemu ... "Pa, aku minta uang 4 juta" .. "Apa, 4 juta, masyaowoh" ... dan seterusnya. Sangat membuat papa tertawa jika melihat polahmu. Belum lagi jika kamu bergaya seperti Sule.
Terima kasih Daniel, untuk senyum dan keceriaanmu. Papa berharap dan berdoa kepada Tuhan, agar kamu akan selalu dan senantiasa gembira, bahkan dalam saat tersusahmu sekalipun. Ingat lagu yang sering dinyanyikan mama ... hati yang gembira adalah obat ...

Nanti, saat papa sudah kembali kepada Tuhan, papa berharap tidaklah berat bagimu untuk menemani mama. Papa berdoa, agar kamu bisa menjadi pemimpin bagi orang lain dan pelayan bagi Tuhan. Jadilah besar Daniel, karena Tuhan sudah menganugerahkan hal itu kepadamu. Jadilah besar, lebih besar daripada papa dan mamamu saat ini. Jadilah besar dan kuat bersama Tuhan Yesus.



Mama, kamu adalah cintaku di dunia ini. Banyak kenangan yang sudah kita jalani dan lalui bersama. Tak terhitung berapa banyak airmata yang menetes di pipimu karena aku. Tak terhitung berapa banyak doa yang kita lantunkan bersama setiap malam. Tak terhitung berapa banyak aku membuatmu sedih dan hancur hati. Aku minta maaf untuk semua yang aku lakukan kepadamu dari waktu kita berpacaran hingga saat ini. Aku juga bukan sosok pemimpin yang baik untuk dirimu. Aku tidak bisa mengayomi mama seperti suami-suami normal di luar sana. Bahkan terlalu sering mama yang mengambil alih kemudi kapal, karena aku yang jatuh dan hancur, serta sulit untuk bangun kembali.
Aku berterima kasih dan bersyukur kepada Tuhan Yesus, karena memberi mama untuk jadi pendampingku. Aku memuji Tuhan, karena menemukan tulang rusukku dan itu adalah mama.
Aku mencintaimu ma, terima kasih untuk semua kepenatan yang mama abaikan hanya untuk menemaniku. Terima kasih untuk setiap tetes air mata yang mengalir di pipimu hanya untuk menghangatkan hatiku yang mulai mengeras.
Aku mencintaimu.
Bahkan aku baru benar-benar tahu bahwa aku mencintaimu, di saat-saat terakhirku. Saat kamu menemani aku.


Aku mencintai kalian berdua.


Satu permintaan terakhirku, tolong aku tidak mau dikuburkan saat mati nanti. Terserah, apakah kalian mau sumbangin organku yang mungkin masih berguna, atau kalian mau bakar.

Itu saja.

I love you all.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.

 
;