Jumat, 28 September 2012 0 komentar

Filosofi Telur - (hasil membaca tulisan Anthony Dio)

Kemarin siang aku membaca salah satu tulisan dari Anthony Dio, yang dikirimkan oleh temanku. Ceritanya tentang TELUR. Yah tentang telur, namun bukan tentang duluan mana .. telur atau anak ayam ? Hehehe.
Rangkuman tulisan dia, yang coba aku uraikan dalam bahasaku adalah sebuah telur yang berisi anak ayam, akan mengalami kerusakan bila dipecahkan dari luar. Namun bila dipecahkan dari dalam, dia akan memiliki kehidupan.

Hmm, masuk akal menurutku. Kalau si anak ayam yang memecahkan cangkang telurnya, bukankah dia berarti sudah cukup kuat untuk menikmati hidup diluar kulit telur yang selama beberapa waktu melindunginya. Mungkin dia mengumpulkan segenap tenaga, tanpa perlu gaya seperti Satri Baja Hitam, Power Rangers atau apalah, tapi cukup tenaga untuk mematuk kulit telur tersebut, dan whooppss ... keluarlah si anak ayam.
Namun mungkin akan lain ceritanya bila si induk ayam yang memecahkan telur tersebut atau malah tangan kita "celamitan" dan iseng mecahin kulit telur itu. Yah tujuannya sih membantu biar segera bisa keluar, tapi ternyata malah menghancurkan hidup dia.

Nice story and philosophy Mr. :)


Kemarin malam juga, istriku mendapat bbm dari salah seorang kawannya. Dari ceritanya yang cukup panjang kali lebar kali tinggi, aku memperoleh kesimpulan yang cukup .. cukup membuatku merenung. Satu yang jelas, aku akhirnya menemukan orang yang mirip dengan aku,
Jumat, 21 September 2012 0 komentar

Mbak, benarkah aku bisa gila ?

Kemarin sore, aku menerima BBM istriku yang mengatakan sedang di rumah temannya. Dia disana bersama seorang temannya yang lain. Mereka bertiga (sebenarnya berempat), katanya kawan dekat saat SMP. Saat menerima BBM tersebut, secepat itu muncul perasaan tidak pas, perasaan tidak suka. Dan secepat itu pula aku berusaha menanyakan pada diriku sendiri apa yang membuat aku tidak pas dan kurang begitu suka.

Yang berkelebat di otakku :
1. Kok istriku ndak bilang kalau mau ada rencana ketemuan dengan temannya ? Bukankah dulu sudah pernah ngomong atau mungkin menurutku berkomitmen, untuk ngomong dulu bila ada rencana atau acara apapun, sehingga pihak yang lain bisa menyesuaikan lagi. Jujur saat itu aku merasa tidak dihargai. Dan kemudian setelah sesampainya di rumah, aku bertambah merasa kurang pas, karena ... saat temannya ingin ketemuan dia bisa pulang tepat waktu (tanpa takut matahari siang, panas, dll), tapi kenapa pas giliranku yang ingin dia pulang tepat waktu, selalu saja ada alasan. Entah masih melanjutkan pekerjaan, entah masih silau, dll. Dan aku merasa aku tidak ada istimewa-istimewanya, lalu dengan enteng pula dia berkata ... "kan setiap hari aku ketemu kamu, kalo temanku kan tidak setiap hari".

2. Teringat kata-kata istriku, mungkin aku iri karena aku tidak memiliki teman baik, seperti dia. Jujur, aku hanya takut terjerumus dan menjadi kecanduan, serta sulit melepaskan diri.

3. Kenapa aku harus tidak pas dengan apa yang dilakukan istriku. Bukankah tidak ada masalah
Kamis, 20 September 2012 0 komentar

Saat ini yang aku alami ....

Aku merasa jadi mudah tegang dan terpicu untuk berpikir cepat dan berakhir dengan rasa "ndredeg" yang tidak karuan.

1. Pertunangan Wisnu, adikku. Rasanya sesak sekali untuk membayangkan akan berada di tempat tersebut. Tempat yang tidak nyaman untuk pikiranku. Karena acara tersebut pasti membosankan. Tidak menyenangkan banget untuk aku. Cuma gitu-gitu saja. Itu yang terbayang dan terekam di benakku.

2. Lingkungan tempat tinggalku di Tirtasari Raya. Mungkin semua orang disana sudah menganggapku sombong dan lain sebagainya. Namun tahukah mereka apa yang sebenarnya aku alami dan apa yang sebenarnya aku ingin lakukan. Aku tidak bisa melarang mereka menilai dan men-judge-ku. Semoga mereka bisa mengerti, mengapa aku tidak bisa berkumpul.

3. Kadang saat menghadap Direktur. Masih ada perasaan aneh. Bahkan 2 kali saat aku datang ke rumahnya. Selalu dan selalu mual. Apakah aku tidak bisa menikmatinya ? Apakah aku terlalu sungkan dan tidak enak, apakah karena beliau memperlakukanku dengan amat sangat terhormat ? Meskipun aku hanya anak buahnya. Ndak tahu wis. Kadang aku berharap bisa datang kesana dengan santai. Santai saja. Dan aku bisa menikmati lingkungan rumahnya yang enak.

4. Acara liburan bersama Pak Ivan. Rencana-rencana tersebut cukup membuatku ndredeg juga. Tidak tahu kenapa. Mungkin karena aku takut mual ? Mungkin karena aku ... tak tahulah.

5. Memotret anak Febby yang berulang tahun. Dia mengutarakan niatnya untuk meminta tolong kepadaku. Namun aku sudah ndredeg tidak jelas. Benar-benar aneh.

Yang jelas, mual itu ternyata masih ada. TIdak tahu bagaimana caranya, namun dia bisa datang tiba-tiba. Dan yang aku tahu saat ini, dari kakak istriku, mual itu datang saat aku tidak bisa menikmati suatu keadaan.
Lalu bagaimana aku harus mencari cara untuk menikmati suatu keadaan itu ?
Apakah benar hal itu dipicu karena saat aku masih kecil, aku mengalami trauma karena tidak bisa menikmati "paksaan untuk berenang" ? Bagaimana aku harus menghapus trauma tersebut ? Bagaimana aku bisa menikmati masa-masa yang akan datang tanpa rasa mual, tanpa rasa ndredeg, tanpa ada pikiran macam-macam ?
Bagaimana membuang kopi ini dan menggantikannya dengan susu ? Mengapa saat aku mual dan trauma, aku mudah mengingatnya, namun saat aku bisa melakukan sesuatu hal yang pernah membuatku mual, aku tidak bisa mengingatnya sebagai keberhasilanku ? Dan bahwa mual itu sudah tidak ada lagi ....

Tuhan, teman-teman, saudara, ... siapapun yang membaca ini ... tolong aku.

Aku sedih dengan keadaanku saat ini. Aku ingin hidup normal. Normal seperti kalian yang bisa melakukan banyak hal, banyak kebaikan dan lainnya.
Aku hanya ingin hidup normal.
0 komentar

Apakah semua sudah berakhir ?

Setelah pergumulanku dan perselisihanku dengan istriku, kami mulai menata tatanan hidup kami kembali. Mungkin lebih tepatnya aku yang menata, karena selama ini aku yang paling berantakan. Berantakan tidak jelas karena pikiranku, karena ketakutanku, karena cintaku dan masih banyak hal lain yang secara cepat silih berganti di otakku. Membentuk cerita-cerita yang tidak beraturan, bahkan terkadang aku tidak bisa mengontrolnya, serta tak jarang pula gambaran tersebut tidak aku kehendaki. Benar-benar tidak jelas, bahkan itu bukan gambaran tentang aku ataupun keluarga maupun orang yang pernah aku kenal.

Aku berharap, istriku akan menarik ucapan tentang "penyesalannya" menikahiku. Namun, aku tidak memiliki jam waktu, yang bisa kembali ke masa lalu. Biarlah itu menjadi catatan dan pelajaran saja bagiku. Dan aku berharap, "penyesalannya" bisa membuatnya bersyukur, meskipun aku tidak tahu bagaimana caranya. Aku berterima kasih kepada Tuhan, sebab Dia menunjukkan Aning dan Daniel sebagai istri dan anakku. Karena dari mereka berdualah, aku bisa belajar banyak hal.
Semoga istriku semakin menyayangiku dan tetap mau mendampingiku dalam segala kekurangan yang semakin carut marut tak karuan. Saat aku menulis ini, ada rasa sesak yang sedang aku rasakan. Aku coba mendengarkan lagu dari SKY.FM - Relaxation, namun tak kunjung mereda. Dan akhirnya kuputuskan untuk menulis disini. Berharap datang kelegaan.

Istriku, maafkan aku. Bukan aku hendak mencari perhatian berlebih kepadamu. Namun aku memang sedang dan sering merasa sendiri. Istriku, maafkan aku. Bukan aku hendak menyakiti diriku sendiri, namun saat rasa sesak, kecewa dan lainnya bercampur aduk, aku tak kuasa menahannya. Aku ingin bercerita, namun kadang kau terlalu sibuk di mataku, sehingga tembok menjadi obat yang aku tahu bisa mengalihkan rasa sesakku dan merubahnya menjadi kesakitan yang teramat sangat di tanganku.

Aku sedih dengan diriku sendiri. Aku masih belum bisa menerima keadaan diriku. Aku masih sering tegang menghadapi cerita-cerita, rencana-rencana dan ide-ide yang akan datang. Aku hancur kembali.

Terima kasih istriku.
Aku menyayangimu. Sangat.

Kuberharap semuanya bisa berakhir tanpa menyakitimu. Meskipun kita tidak saling tahu, seberapa dalam rasa sayang dan cinta kita ... satu dengan lainnya. Tapi aku tahu, aku menyayangimu.
Sangat menyayangimu.

Senin, 03 September 2012 0 komentar

Akar masalahnya .. itu aku

Aku yang terlalu melebih-lebihkan sesuatu
Aku yang terlalu perasa
Aku yang seperti cewek
Aku yang tidak bisa melupakan dan membuat suasana menjadi enak setelah ada masalah, yang harusnya sudah bisa dilupakan dengan segera
Aku yang berbelit-belit jika berbicara
Aku yang terlalu banyak bertanya dan meminta kejelasan, sampai sejelas-jelasnya
Aku yang tidak bisa guyon
Aku yang tidak tahu menempatkan kata-kata yang pas
Aku yang tidak bisa menerima kata-kata kasar, yang kau anggap biasa saja

Aku yang ....

Semuanya dari aku.

Dan aku hanya minta dimengerti

3 Sept 2012
Setelah pertengkaran kemarin, dimana kau menyesal menikah denganku, dimana aku berjanji, dimana aku anggap semuanya sudah usai, namun ternyata aku kembali terkejut ... malam ini.
Dan aku kembali harus menahan diri, untuk mengeluarkan uneg-unegku, hingga waktunya pas, hingga kamu ndak terlalu sibuk untuk menonton film, hingga kamu santai dan tidak sedang bbm-an, dan mungkin saat itu, kamu sudah tertidur, dan aku tetap menahan perasaan cewekku.



Terima kasih ma, kau celikkan mataku, untuk memperhatikan apa yang kau pikirkan, apa yang kau rasakan, apapun itu, terutama tentang aku.
Minggu, 02 September 2012 0 komentar

Maafkan aku

Maafkan aku karena selama ini aku tidak menjadi laki-laki kuat, hebat dan tangguh seperti harapanmu.
Maafkan aku karena selama ini aku tidak bisa menjadi seperti gambaran hatimu.
Maafkan aku karena membuat hidupmu selama ini dipenuhi penyesalan karena harus menemani aku.
Maafkan aku.

Percayalah untuk terakhir kalinya, aku membutuhkan kamu
Percayalah untuk terakhir kalinya, aku mencintai kamu
Percayalah untuk terakhir kalinya, aku tetap memohon pada Tuhan untuk memberiku kekuatan dan keberanian, untuk satu kekuatan dan satu keberanian.

Percayalah dengan satu kekuatan dan satu keberanian ini, kau tidak akan pernah lagi menyesal untuk selamanya.

Maafkan aku


Aku yang mencintaimu
0 komentar

Percaya = Berharap = Merajuk = Lemah = Dibodohi

Tuhan, aku tahu tidak pantas buatku menulis surat ini kepadamu. Bahkan aku juag tidak benar-benar tahu, apakah di Sorga sana ada komputer seperti di dunia. Tapi aku percaya, Engkau tahu apa yang aku tuliskan. Meskipun aku tidak tahu apakah aku masih pantas.
Tapi aku hanya tahu Engkau saja Tuhanku.

Tuhan, aku memang manusia bodoh, karena kepercayaanku, karena harapanku, karena rajukku, akhirnya aku menjadi lemah dan bisa dibodohi. Apakah ini kehendakmu juga Tuhan ?

Tuhan, beri aku satu kekuatan, satu keberanian, untuk aku melakukannya dan aku bisa mengakhiri kebodohanku di depan manusia.

Tolong Tuhan, aku tidak kuat.
0 komentar

Kejutan demi Kejutan

Dulu, dulu sekali, aku pernah berpikir kau pernah melakukannya, namun karena kata-katamu, aku percaya kau tidak pernah melakukannya.
Dulu, aku pernah berpikir kau hanya melakukannya sekali saja, dan aku percaya karena itu kata-katamu.
Tahun ini, kau berkata pernah melakukannya beberapa kali, dan aku mempercayainya kembali, karena itu adalah kata-katamu.
Hari ini, 2 September 2012, kau berkata, "Aku menyesal telah bersama kamu, (Red: pernah menikahimu)", dan aku tidak tahu lagi harus berkata apa, tapi kemudian aku percaya bahwa kamu memang menyesal menikahiku, karena kau mengatakannya demikian rupa.

Dulu, aku terkejut. Aku mengabaikan perasaanku dan tetap memegang kepercayaanku kepadamu, namun aku tidak bisa menyembunyikan keterkejutanku, saat kau mengatakannya.
Tahun ini, aku terkejut. Aku percaya dengan perkataanmu, namun akhirnya kau ceritakan semuanya, semua hal yang kau tutupi, semua hal yang aku percaya tidak pernah kau lakukan. Tetapi pada akhirnya aku harus menerima keterkejutanku, untuk kedua kalinya.
Hari ini. Aku percaya dalam setiap kekuranganku, kau mau mendukungku, kau mau menemaniku, namun hari ini aku menangis saat kau katakan penyesalanmu karena "harus" dan "telah" menemaniku selama ini.

Aku percaya kepadamu.
Aku percaya kepadamu
Aku percaya kepadamu

Aku terkejut
Aku terkejut
Aku terkejut

Saat ini aku tidak bisa mengisi otakku dengan pikiran yang baik, saat ini aku tidak mengisi otakku dengan percaya kepadamu karena aku takut bila aku akan terkejut kembali dan menerima kenyataan yang mengejutkan.
Percaya, aku akhirnya terkejut.
Aku terkejut, dadaku rasanya sesak.
Dadaku sesak, rasanya tidak ada lagi jalan untuk aku.
Kini aku harus selalu siap menghadapi kejutan-kejutan berikutnya.
Aku hancur hari ini.

God, please. Seperti Simson, meskipun dia telah berdosa kepadamu dan melanggar aturanmu, namun untuk terakhir kalinya, Engkau memberikan dia kekuatan.
Please God, beri aku satu kali kekuatan terakhir. Satu keberanian. Satu saja. Dan ampuni aku.
Please God, please.
Aku tidak mau menangis terus. Karena tetesan air mataku pun tidak akan membuatnya melihatku, tidak akan membuatnya berpaling kepadaku, tidak akan membuatnya mencintaiku.
Tapi tetesan air mata ini hanya penutup, penutup semua rasa sesak, penutup kebuntuanku.
Tolong Tuhan, satu kekuatan terakhir, untuk keberanian terakhir
Ampuni aku.


***
Cerita ini hanya fiktif belaka, tidak ada kaitannya dengan peristiwa atau orang. Bila ada, itu hanya kebetulan semata.


****
Andai aku bisa mengatakannya.
 
;