Setelah pergumulanku dan perselisihanku dengan istriku, kami mulai menata tatanan hidup kami kembali. Mungkin lebih tepatnya aku yang menata, karena selama ini aku yang paling berantakan. Berantakan tidak jelas karena pikiranku, karena ketakutanku, karena cintaku dan masih banyak hal lain yang secara cepat silih berganti di otakku. Membentuk cerita-cerita yang tidak beraturan, bahkan terkadang aku tidak bisa mengontrolnya, serta tak jarang pula gambaran tersebut tidak aku kehendaki. Benar-benar tidak jelas, bahkan itu bukan gambaran tentang aku ataupun keluarga maupun orang yang pernah aku kenal.
Aku berharap, istriku akan menarik ucapan tentang "penyesalannya" menikahiku. Namun, aku tidak memiliki jam waktu, yang bisa kembali ke masa lalu. Biarlah itu menjadi catatan dan pelajaran saja bagiku. Dan aku berharap, "penyesalannya" bisa membuatnya bersyukur, meskipun aku tidak tahu bagaimana caranya. Aku berterima kasih kepada Tuhan, sebab Dia menunjukkan Aning dan Daniel sebagai istri dan anakku. Karena dari mereka berdualah, aku bisa belajar banyak hal.
Semoga istriku semakin menyayangiku dan tetap mau mendampingiku dalam segala kekurangan yang semakin carut marut tak karuan. Saat aku menulis ini, ada rasa sesak yang sedang aku rasakan. Aku coba mendengarkan lagu dari SKY.FM - Relaxation, namun tak kunjung mereda. Dan akhirnya kuputuskan untuk menulis disini. Berharap datang kelegaan.
Istriku, maafkan aku. Bukan aku hendak mencari perhatian berlebih kepadamu. Namun aku memang sedang dan sering merasa sendiri. Istriku, maafkan aku. Bukan aku hendak menyakiti diriku sendiri, namun saat rasa sesak, kecewa dan lainnya bercampur aduk, aku tak kuasa menahannya. Aku ingin bercerita, namun kadang kau terlalu sibuk di mataku, sehingga tembok menjadi obat yang aku tahu bisa mengalihkan rasa sesakku dan merubahnya menjadi kesakitan yang teramat sangat di tanganku.
Aku sedih dengan diriku sendiri. Aku masih belum bisa menerima keadaan diriku. Aku masih sering tegang menghadapi cerita-cerita, rencana-rencana dan ide-ide yang akan datang. Aku hancur kembali.
Terima kasih istriku.
Aku menyayangimu. Sangat.
Kuberharap semuanya bisa berakhir tanpa menyakitimu. Meskipun kita tidak saling tahu, seberapa dalam rasa sayang dan cinta kita ... satu dengan lainnya. Tapi aku tahu, aku menyayangimu.
Sangat menyayangimu.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.