Aku merasa jadi mudah tegang dan terpicu untuk berpikir cepat dan berakhir dengan rasa "ndredeg" yang tidak karuan.
1. Pertunangan Wisnu, adikku. Rasanya sesak sekali untuk membayangkan akan berada di tempat tersebut. Tempat yang tidak nyaman untuk pikiranku. Karena acara tersebut pasti membosankan. Tidak menyenangkan banget untuk aku. Cuma gitu-gitu saja. Itu yang terbayang dan terekam di benakku.
2. Lingkungan tempat tinggalku di Tirtasari Raya. Mungkin semua orang disana sudah menganggapku sombong dan lain sebagainya. Namun tahukah mereka apa yang sebenarnya aku alami dan apa yang sebenarnya aku ingin lakukan. Aku tidak bisa melarang mereka menilai dan men-judge-ku. Semoga mereka bisa mengerti, mengapa aku tidak bisa berkumpul.
3. Kadang saat menghadap Direktur. Masih ada perasaan aneh. Bahkan 2 kali saat aku datang ke rumahnya. Selalu dan selalu mual. Apakah aku tidak bisa menikmatinya ? Apakah aku terlalu sungkan dan tidak enak, apakah karena beliau memperlakukanku dengan amat sangat terhormat ? Meskipun aku hanya anak buahnya. Ndak tahu wis. Kadang aku berharap bisa datang kesana dengan santai. Santai saja. Dan aku bisa menikmati lingkungan rumahnya yang enak.
4. Acara liburan bersama Pak Ivan. Rencana-rencana tersebut cukup membuatku ndredeg juga. Tidak tahu kenapa. Mungkin karena aku takut mual ? Mungkin karena aku ... tak tahulah.
5. Memotret anak Febby yang berulang tahun. Dia mengutarakan niatnya untuk meminta tolong kepadaku. Namun aku sudah ndredeg tidak jelas. Benar-benar aneh.
Yang jelas, mual itu ternyata masih ada. TIdak tahu bagaimana caranya, namun dia bisa datang tiba-tiba. Dan yang aku tahu saat ini, dari kakak istriku, mual itu datang saat aku tidak bisa menikmati suatu keadaan.
Lalu bagaimana aku harus mencari cara untuk menikmati suatu keadaan itu ?
Apakah benar hal itu dipicu karena saat aku masih kecil, aku mengalami trauma karena tidak bisa menikmati "paksaan untuk berenang" ? Bagaimana aku harus menghapus trauma tersebut ? Bagaimana aku bisa menikmati masa-masa yang akan datang tanpa rasa mual, tanpa rasa ndredeg, tanpa ada pikiran macam-macam ?
Bagaimana membuang kopi ini dan menggantikannya dengan susu ? Mengapa saat aku mual dan trauma, aku mudah mengingatnya, namun saat aku bisa melakukan sesuatu hal yang pernah membuatku mual, aku tidak bisa mengingatnya sebagai keberhasilanku ? Dan bahwa mual itu sudah tidak ada lagi ....
Tuhan, teman-teman, saudara, ... siapapun yang membaca ini ... tolong aku.
Aku sedih dengan keadaanku saat ini. Aku ingin hidup normal. Normal seperti kalian yang bisa melakukan banyak hal, banyak kebaikan dan lainnya.
Aku hanya ingin hidup normal.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.