Pagi ini secara tak sengaja, aku membaca sebuah selebaran yang dibagikan oleh RT tempatku bermukim, Sukun Tirtasari. Kertas selebaran tersebut ada di atas mejaku, istriku yang mengambilnya dari pagar rumah kami. Setelah aku membacanya, pikiranku terasa berat, rasa sesak mulai menghinggapi. Beberapa hal yang disebutkan di selebaran tersebut membuatku merasa bersalah. 2 poin yang membuatku merasa bersalah adalah teguran untuk hadir di setiap rapat yang diadakan dan tentang peliharaanku.
Mungkin istriku membaca kebingungan dan kegelisahanku, sehingga dia spontan berkata, "Tahu gitu, tak sobek kertas ini tadi, biar papa tidak tahu". Aku tidak kuasa menahan rasa sesak tersebut. Aku benar-benar merasa bersalah. Sudah cukup lama aku tinggal di Perumahan Sukun Tirtasari tersebut, namun karena "masalahku", aku tidak bisa hadir di setiap rapat mereka. Dan kini masalah tersebut bertambah karena hewan peliharaanku.
Pak RT Sukun Tirtasari, Pak Yoses, saya meminta maaf untuk
semua hal yang tidak tepat, yang telah saya lakukan. Andai saya bisa bercerita kepada bapak tentang kekurangan saya, tentang keadaan saya, tentang alasan yang membuat saya tidak bisa aktif seperti bapak-bapak yang lain. Tapi apakah bisa bapak dan bapak-bapak yang lain menerima kekurangan saya tersebut.
Mohon pak, jangan hakimi saya. Sudah cukup saya merasa bersalah dengan keadaan saya. Sudah cukup saya mendera diri saya dengan keinginan untuk mengakhiri hidup saya, karena masalah saya. Jika ada hal lain yang bisa saya lakukan untuk menebus, saya pasti akan lakukan, namun maafkan saya, saya masih punya masalah dengan "sesuatu" yang ada di dalam diri saya, yang telah saya alami dari saat saya kecil.
Maaf, jika saya ingin membela diri. Sedikit saja pak. Dulu saya pernah diminta untuk mendokumentasikan kegiatan RT oleh Mas Wawan, saya mau melakukannya. Mungkin bapak tidak ingat atau bahkan tidak tahu tentang hal tersebut. Coba bapak lihat CD hasil dokumentasi saya. Saya mau melakukannya tanpa pamrih sedikitpun. Tulus niatan hati saya ingin membantu RT saat itu. Saat ada kerja bakti pun, saya juga ikut turun membantu pak. Meskipun hanya memasang umbul-umbul. Saat diminta sumbangan umbul-umbul Happy pun, saya mengusahakannya kepada Direktur tempat saya bekerja. Saat diminta iuran bulanan pun, saya pernah membayar hingga beberapa bulan ke depan. Tidak berartikah "saat-saat" tersebut untuk Bapak, jika Bapak mau mencari tahu ?
Ataukah semuanya musnah dan sia-sia saja, karena saya tidak pernah hadir rapat ?
Maaf, sekali lagi saya ingin membela diri. Saya pernah ikut rapat terakhir di rumah salah satu warga RT Sukun Tirtasari, namun saya tidak melihat bahwa saya bisa membantu. Saya hanya duduk terdiam di pojok ruangan, dengan anak saya Dandy. Dan saya ingat betul, Bapak berkata (saat itu bapak belum menjadi RT), "Lho, ngajak anaknya ikut rapat tah ?".
Bapak, apa gunanya saya ikut rapat ? Semuanya hebat-hebat, baik dalam berpikir maupun bertutur kata. Dan saya sekali lagi hanya duduk terdiam. Lalu saya menjadi bosan dengan semua rapat yang pernah saya ikuti sebelumnya, karena menurut saya, semuanya sudah bisa diatur dengan mudah, sebenarnya.
Maaf jika membandingkan dengan tempat tinggal saya dulu, di Lahor, yang sama sekali tidak pernah ada rapat RT, namun semua kegiatannya bisa berjalan dengan baik.
Maaf jika pembelaan diri saya, tidak tepat menurut Bapak. Saya juga tidak tahu, apakah Bapak bisa membaca tulisan saya ini. Saya hanya berharap, Bapak dan bapak-bapak yang lain tidak menghakimi saya. Percayalah, saya ingin bercerita tentang keadaan diri saya, namun saya menjadi ragu, apakah berguna untuk Bapak dan yang lainnya ? Saya ragu, apakah Bapak dan yang lainnya akan percaya ? Dan tidak menganggap "masalah" saya sebagai sesuatu yang sepele dan akhirnya tidak mau tahu, seperti orang tua saya sendiri ?
Bapak, saya hanya ingin menumpang berteduh di rumah ini, di rumah yang kebetulan ada di wilayah kepemimpinan Bapak sebagai RT. Saya tak hendak membuat kekacauan di Perumahan Sukun Tirtasari. Saya penuhi kewajiban saya dalam hal iuran dan sumbangan agar kegiatan di perumahan bisa berjalan dengan baik, tanpa menunggak ataupun menunda. Bahkan jika diperbolehkan, sekali lagi, saya ingin membayar untuk beberapa waktu ke depan, bukan karena saya punya "duit", bukan karena ingin menyombongkan diri, saya hanya ingin membantu kegiatan RT, agar bisa terlaksana dengan baik. Dan membantu pemasukan yang mungkin macet, karena ada beberapa warga yang belum membayar dengan tepat waktu.
Pak Yoses, terima kasih. Kalau Anda bisa menyapa saya, saat lewat di depan rumah saya, sapalah saya. Saya pasti akan membalas sapaan Bapak. Itu salah satu kehangatan yang ingin saya rasakan.
Terima kasih, karena selebaran Bapak, saya bisa menangis dihadapan Tuhan saya, dan memohon mujizatNya terjadi. Hari ini, hari ke-25. Saya tak akan melupakannya.
***
Tuhan, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat. Berikanlah kepada hamba, satu kekuatan dan keberanian.
Istriku, terima kasih. Aku sebenarnya berharap kau bisa lebih aktif menggantikan aku di lingkungan Perumahan Sukun Tirtasari, minimal "terlihat". Tapi tak apalah, aku tak hendak memaksamu. Aku juga bukan contoh yang baik untukmu. Berdoalah untukku, agar Tuhan memberikan satu kekuatan dan keberanian untuk aku. Kamu sudah melakukan bagianmu dengan sangat baik, bahkan telah menggantikan kakiku yang pincang. Aku mencintaimu, sayang.
Dandy, terima kasih untuk mau melihat wajah papa yang sedih dan tak ada sukacita karena berbagai masalah yang papa alami. Kamu anak yang baik. Papa bangga, Tuhan memberikan anak seperti Dandy buat papa. Papa banyak belajar darimu. Maafin papa kalau tadi pagi menegur kamu tentang lagu yang kamu nyanyikan. Papa hanya ingin kamu menyanyikan lagu, yang kata-katanya baik dan enak untuk di dengar, papa tidak peduli jenis musik apa yang kamu sukai. Karena selera kita berbeda.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.