Selasa, 04 Desember 2012

Memberi dalam Kekurangan

Tulisanku kali ini diilhami oleh salah satu cerita yang ada di Alkitab, tepatnya di Perjanjian Baru, Markus 12 : 41. Tentang persembahan seorang janda miskin.

Beberapa waktu yang lalu, untuk kesekian kalinya Direktur tempatku bekerja berkata kepadaku, "Wen, apa kamu sudah kelebihan uang, .... ". (aslinya : "Kamu wis kakeyan duit tah Wen ...) Hehehe. Tidak, Direktur tidak sedang menghina aku, ataupun merendahkan kemampuan finansialku. Namun karena keinginanku untuk berbuat sesuatu bagi kepentingan pabrik dan atas biayaku sendirilah, yang membuat beliau berkata demikian. Aku lupa, kejadian tepatnya, namun beberapa kali selalu berkaitan dengan masalah di perusahaan. Entah masalah studio, ataupun lainnya.
Aku sendiri bukan bermaksud menyombongkan diri, apa juga yang mau disombongkan, wong aku cuma karyawan biasa. Selain itu, apa lagi yang mau disombongkan, wong yang ngasih itu Tuhan, bukan karena kehebatanku atau kepintaranku.
Yang kupikirkan saat itu hanyalah, menyelesaikan masalah dengan sebaik mungkin. Dan bila memang aku harus mengeluarkan dana pribadi, ya sudah, aku akan mengaturnya ... hehehe ... maksudku ... mencicilnya :)

Sekian lama aku merenungkan kata-kata tersebut. "Sudah kelebihan uangkah kamu ...". Dan sekian lama itu pula
banyak jawaban dan bantahan yang ingin aku sampaikan, namun ... ya tidak kesampaian, karena waktu dan lain sebagainya.

Mungkin aku sama dengan Anda, Anda dan Anda, kalian semua. Aku pernah memberi pengemis, aku pernah memberi pengamen, aku pernah memberi makan orang lain, aku pernah menghapus hutang orang, dan beberapa hal kecil lainnya. Belum terhitung, pemberian karena tertipu sebab kebodohanku :) ...
Semua hal yang aku lakukan di atas, yang juga Anda semua lakukan, selalu dipandang baik oleh manusia lainnya. Mungkin hanya segelintir saja yang mencibir, tapi kita abaikan sajalah. Namun tahukah Anda, bahwa segala hal yang baik, yang kita lakukan, itu bukan karena kebaikan kita, tapi karena anugerah Tuhan semata.
Aku menyadari, bahwa aku cuma manusia kosong, nol. Apabila aku dipandang berbuat baik oleh manusia lain, mereka belum menyadari atau bahkan tidak sadar, bahwa hal tersebut dapat aku lakukan, karena aku telah terlebih dahulu menerima kebaikan dan kemurahan dari Tuhan. Demikian juga bila mereka yang berbuat baik :)

Kebaikanku kepada perusahaan ? Dengan aku mengeluarkan dana pribadi, agar aku tetap bisa bekerja dengan lebih baik, apa alasannya ?
Aku hanya berpikir, aku bekerja di ladang yang diberikan Tuhan kepadaku. Aku mencangkulnya dengan baik dan sepenuh hati, agar aku bisa menuai dengan baik. Adakalanya hama menyerang, dan aku harus sigap. Mengusirnya, memberantasnya dan membuat ladang tersebut baik kembali. Aku orang yang tidak pantas mendapat anugerah "ladang" yang baik ini, dan dalam ketidakpantasanku, karena kekotoranku, apakah aku masih harus merasa pantas dengan "perhitungan" ? Aku rasa tidak.
Mungkin ada sebagian orang yang berpendapat, kalau perusahaan memberi kita sekian saja, maka kita akan memberi kepada perusahaan "sekian" saja. Dan kadang mereka meng-halalkan segala cara untuk memperoleh kekurangan yang tidak diberikan oleh perusahaan, tempat mereka bekerja. Dengan mencuri, menaikkan nilai beli barang dan sebagainya, hanya agar "impas", karena mereka berpikir sudah memberi lebih kepada perusahaan.
Kalau ladang itu dari Tuhan, diberikan kepada kita, pantaskah kita mencuri hasil panennya ?

Kebaikan dari Tuhan, pekerjaan dari Tuhan, rejeki dari Tuhan, dan masih banyak hal lagi yang bisa aku tuliskan, bahwa semuanya berasal dari Tuhan. Ini juga yang menjadikan aku melakukan beberapa hal yang menurut orang lain tidak lazim, yah seperti mengeluarkan uang pribadi untuk keperluan perusahaan, yang sebenarnya bila dirunut tetap menolongku dalam bekerja. Dan ini pula yang memicu kata-kata Direkturku diatas.

Tapi ...
Ini jawabanku. Ini bantahanku. Hehehe :)
Hingga detik ini, aku belum pernah kekurangan. Karena Tuhan mencukupkan semua kebutuhanku. Aku memang tidak "berkelebihan" menurut beberapa orang. Aku belum punya rumah gede, aku belum punya mobil, aku tidak punya rekening bank pribadi, aku belum punya harta berlimpah dan sebagainya. Namun aku juga tidak pernah berkekurangan dalam hal-hal tersebut. Tuhan tidak pernah membuatku kelaparan. Tuhan tidak pernah membuatku harus tidur di emperan toko. Tuhan tidak pernah membuatku merasa kedinginan saat malam, karena rumah dan selimutku yang cukup hangat. Tuhan tidak pernah membuatku harus berjalan kaki dari rumah menuju tempat kerja, karena Dia memberiku sepeda motor.

Tuhan tidak pernah membuatku kekurangan. Selalu ada hal baik yang akan Dia berikan kepadaku, bahkan saat aku mengalami kesusahan menurut orang lain, saat aku ditipu, saat aku direndahkan, saat aku dipermainkan, saat aku dicemooh, apapun itu :)

Tuhan tidak pernah membuatku kekurangan.

Sama dengan janda miskin yang memberi persembahan di Bait Allah. Bila dibandingkan dengan orang-orang kaya sebelumnya, persembahan yang diberikan oleh janda tersebut tergolong kecil. Namun itu adalah satu-satunya harta, yang mungkin dia miliki saat itu. Sedangkan persembahan orang-orang kaya, itu hanyalah sebagian kecil dari hartanya. Dan Tuhan pun, nyata lebih menghargai persembahan janda tersebut.

Memberi sesuatu kepada orang lain, karena kita mempunyai kelebihan adalah hal biasa. Namun bagaimana jika kita harus memberi kepada orang lain, mungkin juga kepada perusahaan tempat kita bekerja, disaat kita kekurangan ? Menurutku itu adalah hal yang ..... hehehehe.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.

 
;