Jumat, 28 Desember 2012

Puspita Mustika Adya

Mungkin nama "Puspita Mustika Adya" tidak banyak orang tahu. Mungkin hanya orang-orang jaman "dulu" saat aku masih kecil, atau orang-orang yang berpeluh dengan dunia sepeda balap yang tahu tentangnya. Dan mungkin tidak banyak yang tahu, di keluarganya, dia dipanggil Mas Dodit. Dia adalah atlet balap sepeda yang telah pensiun dan menjadi pelatih tim-tim elit di luar negeri.

Pagi tadi, aku mendapat telepon dari adiknya Mas Dodit, dia adalah suami dari kakak sepupuku. Dia menjelaskan bahwa Mas Dodit ingin membuat atau mengganti tampilan websitenya, sesuai dengan keinginannya.

Saat itu juga, si mual menyerangku. Diawali dengan perasaan yang tak karuan, "ndredeg",
hingga sedikit mual. Cepat sekali. Dan otakku kembali menegang. Tegang sekali, dan berusaha menghindari.
Memang aku telah menolaknya secara halus, karena aku tidak bisa pemrograman website. Aku tidak berani mengotak-atik website yang telah jadi dengan bagus, karena aku benar-benar tidak tahu. Bukan tidak mau, namun aku hanyalah "sok bisa" dengan website.

Maafkan aku Mas Dodit dan Didik. Bukan aku tidak mau membantu. Namun aku tidak benar-benar tahu dengan pemrograman website. Maaf. Aku hanya sedikit tahu dengan desain website. Maaf.

***
 Siang harinya, aku sedang menunggu salah seorang teman untuk mengambil gajiku yang tidak sempat aku ambil karena aku sedang berlibur. Karena terlalu lama, aku nyalakan sepeda motorku dan bersama anakku, aku menuju ke rumah Mas Dodit, berharap sedikit keberanian akan datang menemaniku.

Dan, benar.
Saat itu, Mas Dodit ada di depan teras rumah. Aku berhenti sejenak, aku matikan motorku dan kuketuk pelan pagar rumahnya. Mas Dodit keluar ... dan segalanya berakhir dengan baik. Mungkin tidak cukup baik, karena perasaan campur aduk, senang, bingung, takut, tidak yakin dan aku seperti tidak bisa mengontrol diriku untuk beberapa saat kemudian. Hingga aku berpamitan pulang ... dengan terburu-buru ... karena rasa mual yang mulai bergemuruh dibawah perutku.

Terima kasih Mas Dodit, terima kasih Didik, terima kasih Ibu P. Prawito, terima kasih anakku. Kalian dipakai Tuhan  untuk menolong aku. Maafkan aku jika aku terlihat aneh, aku sudah berusaha untuk tidak terlihat aneh, namun inilah aku. Maafkan aku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.

 
;