Kamis, 04 April 2013

Surat untuk Papa - 1

Pa,
kalau aku tidak ingin sering-sering berkunjung ke rumah Papa, bukan karena aku benci sama Papa. Aku cuma tidak ingin berdebat dengan Papa tentang prinsip hidupku yang sedang ingin aku pilih dan jalani. Terutama hal-hal yang berkaitan dengan iman.

Kalau aku tidak ingin sering-sering berkunjung ke rumah Papa, bukan karena aku tidak mau melihat keadaan Papa. Aku cuma ingin keluar dari paham hidup Papa, yang Papa yakini benar, sedangkan aku tidak meyakininya sedikit pun. Terutama yang berkaitan dengan gereja, pekerjaan dan hidup di muka bumi.

Kalau aku tidak ingin sering-sering berkunjung ke rumah Papa, bukan karena aku malas untuk mendengar cerita Papa. Aku cuma ingin menutup telingaku sesaat dari cerita-cerita membosankan tentang keluarga besar Papa, tentang basa-basi Papa kepada semua orang, tentang hal-hal ruwet
dan mbulet yang menurutku bisa diselesaikan dengan cara simple.

Dari kecil aku tidak pernah merasakan ataupun mengingat dengan baik, saat-saat yang menyenangkan di dalam keluarga kita. Kita hanya berempat, namun rasanya tidak pernah aku rasakan dan aku ingat dengan dalam, ada saat yang menyenangkan di sepanjang perjalanan hidupku bersama dengan kalian.
Kadang aku marah melihat Papa, Mama dan adik, kadang ada rasa kecewa. Namun aku tahu, itu hanyalah penilaianku semata. Bukan saatnya aku menghakimi kalian. Aku bukanlah siapa-siapa.

Dan aku kini hanya bisa berandai-andai,
Andai aku tidak perlu dipaksa belajar hingga subuh untuk mengejar sebuah nilai
Andai aku tidak perlu belajar berenang untuk alasan yang tidak jelas
Andai aku tidak harus masuk S1 Pertanian untuk mengejar gelar SARJANA
Andai aku boleh masuk D3 Komputer sesuai keinginananku
Andai aku ditemani di saat-saat aku sendirian menjalani pernikahanku
Andai aku tidak harus bekerja ikut orang dan membuat usaha desain sendiri
Andai aku tidak dipermalukan Papa karena tidak pernah ke gereja
Andai aku ditemani di saat-saat aku mual, ketakutan, kalut dan tertekan
Andai aku .. bukanlah aku saat ini

Namun aku tetap harus menjalaninya. Maafkan aku Pa, kalau aku tidak sesuai dengan harapan Papa. Tapi aku bangga dengan diriku saat ini, yang berusaha untuk terus tidak melihat ke belakang.
Maafkan aku Pa, kalau aku tidak sehebat, sepintar dan seperti Wisnu. Tapi aku senang dengan diriku saat ini, karena aku yakin, Tuhan menciptakan aku untuk sebuah tujuan baik, bukan untuk rancangan keburukan.

Sekarang, aku menjalani kehidupanku, dengan caraku. Yang mungkin menurut Papa sekeluarga tidak benar, tidak sesuai dan lain-lain. Tapi maaf, aku sudah memilihnya.

Aku tak hendak membandingkan Papa dengan Bapak. Namun itulah memang yang terjadi. Seperti dulu Papa dan Mama selalu membandingkan aku dengan siapapun yang menurut Papa Mama lebih baik dari aku.

Terima kasih untuk ajaran Papa. Maaf, aku harus memilih jalanku bersama Tuhanku. Sendiri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.

 
;