Senin, 02 Desember 2013

80% - 20%

Aku pernah mendengar suatu teori dari seorang "pakar", tentang cara menilai seseorang, yang bisa dipergunakan untuk apapun keperluannya. Dengan pedoman Obyektif 80% dan Subyektif 20%.

Berharap untuk tidak lagi mengisi kolom "Makian", namun ternyata aku tidak bisa. Entah karena aku emosiku yang sedang carut marut, atau kebencianku, atau dendamku yang tidak terbalaskan, atau sakit hatiku atas perlakuannya terhadap istri dan anakku yang sewenang-wenang, menurut "subyektifitas" cara berpikirku.

Menurut Subyektifitasku yang 20% ... versi negatif ini :
1. Cuma bisa aksi dan gaya saja             
>> kamu adalah Rajanya
2. Pembohong                                      
>> kamu adalah terbaik dari yang terbaik

Sekarang aku harus adil dalam "memaki"-mu.  Kugunakan Obyektifitasku yang 80% ... versi positif ini :
1. Low profile                                          
>> pasti aku sedang berbohong
2. Suka memberi masukan positif       
>> pasti aku sedang berkhayal
3. Penyabar                                       
>> mungkin saat itu aku habis minum antimo 17 biji
4. Penyayang                                     
>> ah, itu cerita orang lain
5. Pendamai                                      
>> kata-katamu sendiri .. dulu. .... Sekarang .. ???
6. Dihormati dan disegani semua orang   
>> iya tah ? kok bini-nya ndak ?
7. Pekerja keras                                    
>> wuihhh keras sekali, sampe sering kecapekan dan tertidur
8. Menghargai privasi                             
>> mbelgedezh



Nah, sudah benar kan komposisiku dalam "memaki"-mu. 80% dan 20%. Aku luapkan emosi dan kemarahanku semalam karena perbuatanmu yang gak sesuai dengan "jati dirimu" yang kamu katakan beberapa hari yang lalu ("aku itu orangnya sangat menghargai privasi"). Aku puaskan untuk memaki-mu dengan lebih cerdas, tidak menyakitimu dan membuatku lumayan plong. Mungkin lebih plong lagi sebenarnya bila aku meminta pembalasan untuk perbuatanmu, tapi .. aku pikir-pikir .. ndak deh. Bukan hak-ku untuk membalas, pun juga untuk meminta. Semua akan berjalan di jalan-Nya.

Akhir kata ... GTH coy, sayang aku harus memaki "Sang Pakar" ...


*** SELESAI ***


NB :
Aku berharap tidak akan menambah isi kolom makian, minimal bila aku terpaksa mengisinya, bukan karena Subyek yang sama. I wish.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.

 
;