Senin, 09 Desember 2013

Sosokmu adalah sosok yang kubenci.

Aku selalu sedih dan sekaligus benci jika melihat sosokmu.

Saat putus asa, yang kau ingat hanyalah kematian.
Saat sedih, yang kau ingat hanyalah keputusasaan.
Saat melihat keluargamu, yang kau ingat hanyalah kesedihan.
Saat melihat dirimu yang carut marut, yang kau ingat hanyalah keluargamu.
Saat melihat masa lalumu, yang kau ingat adalah dirimu yang sekarang carut marut.

Tidak ada yang bisa membuatmu bangun dari mimpi burukmu.
Tidak ada yang bisa membuatmu melepaskan imajinasi terbusukmu.
Tidak ada yang bisa membuatmu terbang bebas bagai rajawali.

Kecuali dirimu sendiri dan secerah harapan pada mujizat.
Dan saat itu kau sadari, kau kembali melihat dirimu yang carut marut.
Sambil berkata, "Mungkinkah ? Bisakah ? Andai ... "

Kadang kau gantungkah dirimu pada seutas tali pengharapan di tangan manusia.
Manusia yang paling kau cintai dalam hidupmu.
Tapi tak kau sadari, bahwa manusia itupun bisa lelah, letih dan sedih karenamu.
Namun terus kau tuntut dia untuk kuat dan menemanimu, dalam sisa rongga kekeringanmu.

Letih sudah jiwamu.
Hanya air sungai yang jernih, hanya sinar matahari yang hangat, hanya angin yang berhembus perlahan,
hanya rumput yang lembut ... teriak jiwamu meminta.
Nanti kau akan menemukannya.

Dalam keabadian.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.

 
;