![]() |
Lukisan Tuhan di pagi hari |
Janji-Mu seperti fajar pagi hari
yang tiada pernah terlambat bersinar
Cinta-Mu Seperti sungai yang mengalir
dan ku tahu betapa dalam kasih-Mu
Penggalan syair lagu tersebut terngiang sepanjang perjalananku hari ini menuju tempatku "bermain dan belajar", karena satu "imajinasi dan karya" Tuhan
yang terlukis dengan indahnya di depan mataku. Kamera handphoneku tak sanggup mengalahkan ingatan yang terekam lewat kedua mataku, begitu indahnya langit pagi ini. Begitu menakjubkannya sinar mentari yang menembus celah-celah langit yang menutupinya.
Dan pagi ini aku begitu bersyukur. Bukan saja karena aku masih berkesempatan melihat sang fajar, bukan saja karena aku masih bisa bernafas, bukan saja karena janji penyertaan Tuhan, namun karena satu kejadian tadi malam.
Untuk kesekian kalinya, salah satu acara televisi "Hitam Putih", menghadirkan satu tamu yang cukup membuatku diam dan ... diam. Dia adalah seorang wanita cantik, bernama Hana Alfikih (@hanamadness) dan dia adalah seorang dengan anugerah Swing Mood (Bipolar) dan Schizoprenia. Dengan lugasnya dia bercerita tentang dirinya dan segala macam kiprahnya. Bahkan jika menurutku, orang-orang akan menganggap dia punya "kelainan jiwa", namun dia lebih waras dari kebanyakan orang-orang yang aku kenal sering meremehkan orang lain. Sehingga saat itu aku berkata dalam hati, sebenarnya semua orang punya kelainan jiwanya masing-masing, hanya sayangnya jumlah yang mengalami kelainan jiwa "A", lebih banyak dan dianggap normal, hehehe :)
Lanjut ..
Dari penuturannya, aku merasakan syukur yang teramat sangat. Aku bukan penderita Swing Mood. Mungkin memang moodku bisa berubah turun dan kemudian mual menyerang, namun aku tidak lantas gembira ataupun sedih tanpa sebab. Kukatakan kepada anakku, "kamu harus bersyukur tidak seperti papa, dan kamu harus lebih bersyukur lagi, tidak mengalami seperti Hana".
Dan jauh di dalam hatiku, aku lebih bersyukur lagi, karena Tuhan berkenan memperlihatkan orang-orang seperti Hana kepadaku. Aku sangat bersyukur.
Namun ..
Ada satu pertanyaan kecil di pikiranku. Apa yang sebenarnya aku alami, dan apa yang harus aku lakukan agar tidak menjadi lebih parah ? ... Hehehe. Manusia manusia .. sudah dikasih nikmat, masih saja minta lebih.
Hana Alfikih, melalui blog ini, aku menyampaikan rasa terima kasihku, karena kamu tidak menutup dirimu dan mau membuka diri, sehingga akan banyak orang-orang di luar sana yang memiliki tambahan wawasan tentang orang-orang seperti dirimu atau mirip dirimu. Bagaimana mereka harus bersikap, bagaimana mereka harus memperlakukan orang lain, dan sebagainya.
Dan satu kalimatmu yang aku catat, tentang "high expectation". Itu benar, sangat benar. Aku mengalaminya, dengan orang tuaku sendiri. Tidak bisa aku mengharapkan mereka untuk ... bahkan sekedar mengerti akan kondisiku saja, tidak bisa. Setelah aku bercerita, harapanku akan mereka menjadi sia-sia, bukan saja nol namun minus. Aku tidak bisa menyalahkan mereka, atas apa yang dulu mereka perbuat kepadaku, mungkin mereka tidak tahu, dan hingga saat aku berceritapun mereka juga tetap tidak akan pernah tahu.
Jadi seperti apa yang aku ceritakan kepada anakku, semuanya kembali kepada diri sendiri.
Hana, terima kasih. Karena ceritamu, aku bisa lebih mengucap syukur pagi ini. Semoga kita punya kesempatan untuk bertemu ya. Teruslah berbagi. Hal itu juga aku lakukan, aku buang rasa malu dan "jaga image-ku", hanya agar tidak ada lagi Wendhi Wendy lagi di luar sana, karena salah perlakuan orang tua.
Aku berdoa, kamu baik-baik saja dan ... semoga kita bisa bertegur sapa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.