Dahlan Iskan dipanggil oleh penyidik terkait aktivitasnya selama menjadi Dirut PLN. Ditengarai melakukan tindakan "amoral" yang berkaitan dengan tender dan lain sebagainya. Anggap saja menyalahgunakan wewenang kekuasaannya.
Pandanganku :
Dahlan Iskan adalah sosok yang merintis sesuatu dari kecil, bukan saja dari nol, namun dari minus. Karena semangat, kerja keras, tekad dan masih banyak lagi pendorong beliau (yang tidak bisa aku sebutkan disini satu persatu .. jadi yang gak disebut jangan marah ya, hehehe), untuk maju yang mengakibatkan beliau menjadi sosok yang sekarang ini sering kita lihat di TV, koran dan media lainnya. Jadi jika beliau dituduh melakukan tindakan penyelewengan, mungkin yang berkaitan dengan uang, apalagi untuk kepentingannya sendiri, kok rasanya MABUK ya yang menyelidiki.
Menurutku :
Pak Dahlan, melakukan tindakan pemangkasan birokrasi yang bertele-tele, gak thas thes, kakeyan ruwet dan kakeyan mbulet, untuk membela rakyat dipelosok yang belum mendapatkan listrik. Hanya untuk membela masyarakat pelosok yang jumlahnya lebih banyak daripada "KAUM BERDASI DAN BERJAS", beliau dianggap melakukan tindakan penyelewengan. Rasa-rasanya, orang-orang BERDASI DAN BERJAS inilah yang melakukan penyelewengan, karena mereka tidak mau lahannya berkurang atau bahkan hilang sama sekali, karena pemangkasan birokrasi. Sehingga mau tidak mau, kumpulan orang BERDASI DAN BERJAS ini harus bersatu untuk melawan orang-orang BERGULUNG LENGAN BAJU, BERSEPATU KETS, BERCELANA PENDEK dan BERKAOS BASAH KERINGAT. Dan korban pertamanya adalah D.I.
Aku tdak tahu, bagaimana proses kelanjutannya. Tapi jujur aku mengingat beliau dalam doaku. Dan orang-orang nekad seperti beliau. Hormat saya untuk bapak dan orang-orang nekad lainnya.
Terserempet oleh kasus D.I, Ricky Elson pun bersiap untuk diperiksa terkait dengan proyek mobil listrik yang digagas oleh D.I. Mungkin disinyalir mempergunakan dana siluman (gak tau deh, siluman apa .. ulat sutra kek, ulat bulu kek .. seterah, eh terserah). Ricky Elson adalah (baca sendiri : http://www.kompasiana.com/alchemist/ketika-jepang-inginkan-ricky-elson-putra-petir-indonesia-kembali_54f7bd98a333119a1d8b491b )
Pandanganku :
Ricky juga sosok yang merintis sesuatu dari nol, terlihat dari banyaknya alat-alat canggih ciptaannya yang telah dipatenkan di Jepang. Demi kecintaannya pada Indonesia, dia rela pulang ke Indonesia dan mengajari banyak orang lainnya agar bisa mencicipi sedikit ilmu mahal yang telah dipelajarinya selama melakukan riset di Jepang. Namun sekali lagi, dia terganjal oleh birokrasi, perijinan dan telek mblenyek lainnya, berkaitan dengan Uji Emisi yang akhirnya diplesetkan menjadi UJI KOMISI.
Menurutku :
Tidak ada kaitannya dia dengan kasus D.I. Dia hanyalah orang yang ingin membagikan sesuatu yang berharga bagi kemajuan Indonesia. Tapi kemajuan itu berarti memangkas bahkan mengurangi lahan orang BERDASI DAN BERJAS. Dan sekali lagi dia menjadi korban berikutnya. Pak Ricky, saya tidak kenal Anda. Tapi saya yakin niatan Anda baik, sebab jika niatan Anda jelek, tidak mungkin Anda bisa bertahan hidup sederhana, bahkan kurang jika dibandingkan sewaktu masih tinggal di Jepang. Saya golongkan Anda, sebagai orang yang BERGULUNG LENGAN BAJU, BERKAOS BASAH KERINGAT, BERCELANA PENDEK, hehehe karena saya belum pernah melihat Anda pakai sepatu KETS hehehe :) jadi tidak saya masukan pada kriteria tersebut ya :)
Lanjut ...
Birokrasi, politik , intrik dan semacamnya, sudah kita dapatkan sejak jaman masih TK. Kita harus berbirokrasi saat akan masuk kelas. Baris dulu sampai rapi dan tidak boleh ngomong, baru boleh masuk kelas. Kita harus berpolitik untuk menjadi (sekelas) Ketua OSIS, pandai bercakap, pandai berjanji tanpa tahu bisa ditepati. Dan kita terapkan intrik-intrik untuk menggapai keinginan pribadi dan kelompok.
Tidak salah.
Itulah kehebatan otak yang diciptakan oleh Tuhan, bisa membangun namun juga bisa membinasakan. Apakah aku menyalahkan Tuhan ? Tidak. Tentu saja tidak.
Bukan salah pembuat pisau kan, jika pisau itu digunakan untuk membunuh orang, atau menyembelih ayam tetangga, hehehe :)
Rasanya masih panjang perjalanan orang Indonesia ini ke depan. 2 bulan lagi sudah memperingati hari Kemerdekaan, tapi bangsaku belum benar-benar merdeka. Hanya merdeka topeng dan basa-basinya. Ah teringat tulisanku yang lain, tentang pahlawan. Tapi bagaimana kita bisa menghargai pahlawan yang sudah jadi tanah, bila pahlawan yang masih hidup seperti Dahlan Iskan saja susah kita hargai dan kita dukung, belum lagi para Veteran perang jaman dulu, yang masih susah hidupnya. Rasanya aku juga ingin dan harus ambil bagian disini. Bukan menjadi politisi, karena aku gak suka tai kebo. Bukan pula menjadi birokrator, karena aku gak suka tai sapi. Mungkin aku akan mencari jalanku sendiri, buat bangsaku. Dan semoga aku tidak menjadi ... tai kuda.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.