Hari ini, adalah hari peringatan Kemerdekaan Republik Indonesia yang ke-70. Dan pada hari ini pula, aku niatkan hati dan langkahku menuju Balaikota Malang, untuk mengikuti upacara bendera meskipun tidak secara langsung. Ditemani istriku yang selalu setia menemaniku dan kamera yang senantiasa kubawa, aku berjalan-jalan diseputaran Tugu Malang, menunggu detik-detik upacara.
Masyarakat tumpah ruah, memenuhi sekitar Tugu Malang, mulai dari anak-anak hingga orang tua, semua seakan tak ingin melewatkan acara hari ini.
Tepat pukul 10.00, upacara dimulai. Satu persatu rangkaian acara dijalani. Hingga tiba saatnya pengibaran bendera Merah Putih, inilah awal ceritaku.
Dengan lirih, kulantunkan lagu Kebangsaanku, menyeruak rasa bangga menjadi bagian dari Bangsa Indonesia, menyeruak rasa bangga memiliki lagi Kebangsaan yang memompa jantungku
dan membuatnya semakin berdegup kencang. Setelah semua rangkaian upacara selesai dilaksanakan, ... tiba-tiba, ... bunyi ledakan terdengar.
Keras sekali, cukup mengagetkan aku dan semua masyarakat yang ada disana. Meskipun tadi sudah memperoleh peringatan untuk menjauh dari lokasi ledakan, namun tak pelak cukup membuatku kaget juga. Dari arah belakangku, berlarian anak-anak yang melakonkan diri sebagai, pejuang, rakyat jelata, anggota Palang Merah dan masih banyak lagi. Mereka berlarian kesana kemari, diiringi bunyi senapan dan ledakan yang tadi aku dengar.
Tak terasa, air mataku menetes. Bukan saja terharu melihat mereka memainkan lakon perjuangan di kota Malang, namun aku merasakan, bagaimana dulu para pejuang harus melawan penjajah untuk merebut kemerdekaan, bagaimana dulu mereka berlarian antara takut dan tak rela dijajah, bagaimana mereka dulu berdarah terkena peluru dan lemparan mortir.
Ah.
Aku juga teringat kakekku yang sekarang tertidur untuk selamanya di Taman Makam Pahlawan Suropati Malang. Apakah dulu beliau juga mengalami seperti ini ? Berlarian dan bersembunyi dibawah desingan peluru.
Emosiku tercabik, satu tekad baru tersembul di dadaku. Aku tidak mau menyia-nyiakan kesempatan baik yang telah para pejuang berikan, kemerdekaan.
Aku ingin membantu bangsaku untuk merdeka. Merdeka dari kemiskinan, merdeka dari kebodohan, merdeka dari penjajahan bangsa lain dalam bentuk yang berbeda. Aku tidak tahu caranya, aku tidak tahu apakah ini jalanNya, namun aku tahu, dalam tetesan air mataku, aku berdoa dan memohon kepada Tuhan untuk menolongku.
Terima kasih pejuang, yang tidak aku kenal. Terima kasih pejuang yang rela mengorbankan nyawanya untukku bisa berdiri saat ini. Terima kasih. Aku berdoa untuk kalian semua.
Terima kasih juga untuk adik-adik yang telah menjadi lakon dalam acara ini. Kalian hebat, semoga kalian juga bisa mengisi kemerdekaan dengan cara yang lebih hebat lagi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.