Jumat, 25 Desember 2015 0 komentar

Sayang aku bukan Tuhan

Hanya karena engkau lupa, engkau menerima bentakan.
Hanya karena engkau bertanya, engkau menerima kata-kata keras.
Hanya karena sudah waktunya makan, engkau harus kaget dari tidurmu.
Hanya karena engkau merasa ada sesuatu yang tidak nyaman, engkau menerima perlakuan yang tidak sepatutnya.

Hanya karena dia capek, engkau harus menerima bentakan.
Hanya karena dia bosan harus menjawab pertanyaanmu, engkau menerima kata-kata keras.
Hanya karena dia harus mengatur waktunya agar semua serba teratur, engkau harus kaget dari tidurmu.
Hanya karena dia merasa semua baik-baik saja padamu, engkau menerima perlakuan yang tidak sepatutnya.


Sayang aku bukan Tuhan.
Karena aku ingin segera memanggilmu, untuk menemaniku.

Sayang aku bukan Tuhan.
Karena aku tahu segala yang engkau lakukan dari masa mudamu, masa saat engkau merawat anak-anakmu dan masa-masa disaat engkau sudah merasa cukup dan lelah.

Sayang aku bukan Tuhan.
Karena aku menyayangimu, sangat menyayangimu dan ingin engkau melepaskan semua beban yang tidak perlu lagi kau tanggung.

Sayang aku bukan Tuhan.
Karena aku ingin sekali menjungkir balikkan orang-orang yang bertopeng dan berkedok.
Karena aku ingin sekali menyobek mulut orang-orang yang tidak menyayangimu dengan tulus, dan melupakan bahwa dulu engkau tulus merawat mereka. Saat mereka merengek, saat mereka menangis, saat mereka sakit ... apapun suka duka yang mereka alami.
Karena aku pastikan untuk menampar mulut mereka yang membuatmu menjadi bahan lelucon.


Tuhan, ampuni aku yang ingin menjadi Engkau, walau untuk sedetik, hanya untuk mengambil orang yang kusayangi, hanya untuk menghancur leburkan orang-orang yang bertopeng. Ampuni aku.

Kini, aku hanya akan melihat. Tetesan apa yang akan keluar nanti saat orang yang kusayangi Kau panggil. Dan aku bersumpah, untuk pertama kalinya, ini akan jadi yang terakhir untuk mereka semua. Ini akan jadi yang terakhir.
Ampuni aku Tuhan, Mohon ampuni aku.
Rabu, 16 Desember 2015 0 komentar

Bahagia itu sederhana

Pagi ini aku sengaja meluangkan waktu untuk duduk di salah satu taman di kota Malang, tepatnya di daerah Jalan Malabar. Laptop setia menemaniku dengan pasangan modem sebagai teman hidupnya. Email satu per satu aku buka, beberapa pekerjaan telah selesai aku lakukan dan sekarang aku mulai browsing sambil celingukan ke kanan dan ke kiri. Tak terasa jalanan sudah mulai padat, matahari pukul 8 mulai mengusap kulitku, meskipun sedikit mendung, namun tak mengurangi keperkasaan sinarnya yang kuat.

Banyak orang mulai duduk-duduk santai, beberapa masih sibuk dengan aktifitas jalan ataupun berlari. Dan aku tetap asyik browsing sambil mendownload beberapa film kesukaanku. Lumayan untuk teman nanti saat senggang, pikirku.
Dream theatre aku putar untuk menambah semangat dan saat ini ... aku benar-benar merasa ... nikmat, enjoy, seneng, dan mungkin ini salah satu dari bentuk kata BAHAGIA.

Sesederhana ini. Sederhana seperti saat aku menikmati sepiring nasi panas, dengan tempe atau tahu atau ikan asin dengan sambal dan kerupuk sebagai pelengkap, ditutup dengan segelas air putih atau teh panas. Sesederhana itu. Perasaan ini terus berlanjut hingga aku putuskan untuk menuliskannya di halaman blog-ku.

Bahagia ternyata sederhana. Sehat, senyum, menikmati apa yang alam, Tuhan, sajikan di depan kita. Dengan berbagai cara yang bisa kita lakukan untuk melahapnya satu persatu. Senikmat makan nasi putih hangat, dengan tempe, ikan asin, sambal, kerupuk di tengah sawah yang sedang menguning. Wow. Mulai ngelantur nih .. hehehe.

Ok deh, aku sudahin dulu ya catatan bahagiaku pagi ini. Mulai banyak semut berguguran nih .. heheheh. Mereka juga mau mencari makan, mungkin nasi hangat, tempe, sambal dan kerupuk versi mereka, karena mereka juga mau berbahagia.

Semoga semua makhluk hidup, bisa hidup berdampingan dengan penuh kebahagiaan.

Selasa, 01 Desember 2015 0 komentar

Selamat jalan Ibunda Kristo


Senin, 30 November 2015 ... saatnya tanah menjadi pemisah antara keluarga dan ibunda tercinta untuk selamanya. Firasat ini muncul saat aku menjemput anakku, dan mengajaknya untuk lewat depan rumah Kristo. Lalu Dandy berkata, "bukannya rumah om Kristo di Langsep ?". Sesaat aku teringat ibunda Kristo, bagaimana kabar beliau, sehatkah, apakah masih sering berjalan kaki menuju gereja di pagi hari dan banyak pertanyaan lainnya. Rupanya itu adalah bagian dari cerita kehidupan,saat aku diberitahu bahwa Ibunda Kristo kembali ke Rumah Bapa dan akan dimakamkan pada hari Senin.

Ibu, selamat jalan ya. Saya selalu ingat bagaimana ibu menyapa saya, sambil berkomentar tentang rambut gondrong saya. Saya juga masih mengingat wajah ibu, yang pernah saya temui saat pagi-pagi berjalan menuju gereja di Langsep. Mungkin tidak banyak kenangan saya bersama ibu, tapi keramahan ibu sejak di jalan Coklat hingga pindah ke rumah Langsep itu yang selalu saya ingat.

Terima kasih ibu. Kristo dan keluarga .. maaf sekali lagi aku tidak bisa menghadiri acara pemakaman ibunda tercinta.

Tuhan Yesus menyertai
 
;