Masih segar di ingatan kita, kejadian bom bunuh diri di Jakarta awal Januari 2016, yang dilakukan oleh beberapa orang, entah apa tujuannya. Serangkaian aksi terorisme ini dikatakan oleh aparat, dilakukan oleh ISIS yang bertujuan untuk menunjukkan kepemimpinan mereka di Indonesia. Terkait dengan aksi pengeboman bunuh diri tersebut, ada hal lucu yang menggelitik pinggangku :D ...
Banyak yang mengatakan para eksekutor bom bunuh diri ini, menerima perintah dari pimpinannya, dengan dalih mati syahid, atau dijanjikan surga, atau untuk kepentingan agama yang lebih besar, atau apalah. Cuma kenapa ya, para eksekutor bom bunuh diri ini, mau saja di perintahkan oleh pimpinannya ? Kenapa mereka tidak meminta contoh dahulu dari para pimpinannya ? Atau kenapa pimpinannya tidak maju duluan namun malah hanya memberikan perintah bunuh diri saja ? Jangan-jangan pimpinannya juga takut, hehehehe :)
Para eksekutor bom bunuh diri, menjadikan diri mereka militan yang bodoh menurutku.
Mereka menganggap sedang membela agama, pimpinan dan mungkin Tuhannya. Sedangkan orang-orang yang beragama sama, tidak sedang merasa dibela, malah merasa dicoreng dengan perbuatan keji mereka. Hehehe, lucu kan.
>> Skip
Eh, kejadian yang mirip terjadi dalam keluarga. Ada sosok orang tua yang dengan gagah berani membela "nama besar keluarga" habis-habisan. Dia tidak terima nama keluarga besarnya dianggap "jelek", bahkan saat "jelek" itu dikatakan oleh anak cucunya sendiri.
Lucunya, orang tua tersebut sebenarnya sedang dianggap "jelek" juga oleh keluarga besarnya karena beberapa hal yang dilakukannya tidak sesuai dengan nilai-nilai luhur bangsa tersebut, eh .. keluarga besar tersebut. Konyolnya lagi, keluarga besar tersebut tidak merasa dibela perbuatan orang tua tersebut.
Mirip militan diatas ya, hehehe.
>> Skip
Baik militan maupun orang tua tersebut, memiliki rasa "ewuh" terhadap pimpinan dan keluarganya. Ewuh, sungkan, basa-basi tanpa alasan yang jelas. Karena kalau tidak "ewuh", sungkan, dll, dll, mereka akan meminta pimpinannya untuk berjalan dulu di depan, dan orang tua tersebut akan bertindak logis melihat keadaan sesungguhnya dalam keluarga besarnya dari sudut pandang orang lain.
Sikap militan, yang berteman dengan basa-basi, dalam hal ini basa-basi yang bodoh, menjadikan diri tidak bisa berpikir secara nalar. Semua dianggap salah, hanya diri sendiri yang benar. Diperparah dengan racauan yang menambah deretan perbendaharaan tidak logis.
So guys, becareful ya. Gunakan nalar yang sehat. Kalau ada pepatah yang bilang, hati boleh panas, tapi pikiran tetap dingin, ... maaf aku ubah menjadi .. ngapain hati panas, menyiksa diri loe sendiri, pikiran selalu dingin kalau kurang dingin masuk kulkas gih .. heheheh :)
**
Tulisan ini berdasarkan rekayasa kisah nyata, karena aku telah mengalami CUCI OTAK .. hahaha :)
Gokil nggak, ada racauan yang mengatakan aku telah di-CUCI OTAK. Yah memang sekarang aku berpandangan berbeda, dan memang OTAK-ku jadi agak "nyeleneh" sekarang. Jauh berbeda dengan pandangan dan doktrin keluarga besar secara garis besar. Karena aku telah melihat jauh ke dalam diri, aku belajar membuka diri dan aku memutuskan untuk menjadi diriku sendiri. Bukan bentukan keluarga siapapun. Aku tidak mau menerima nilai yang belum aku uji kesahihannya, dan meskipun aku terlihat menerima suatu nilai tertentu, aku tetap melakukan pengujian, apakah relevant untuk dilakukan dan digunakan pada menit ini. Hehehe :)
Siapapun kamu orang tua di luar sana, tidak akan aku ijinkan untuk menyakiti pikiranku lagi. 1000x
Heloh .. kok jadi afirmasi pribadi :)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.