Senin, 18 Juli 2016

Catatan Sekilas Bulan Juli

Ini hanya sekedar catatan sekilas, apa yang sekilas terlihat, apa yang sekilas terjadi, apa yang sekilas aku alami dan apapun yang sifatnya sekilas. :)

Bulan puasa, bulan menahan emosi, menahan lapar, menahan haus telat lewat. Aktifitas kembali seperti semula. Bahkan di awal perayaan kemenangan pun, aku sudah melihat aktifitas rutin yang tidak bisa dilakukan saat bulan puasa, yaitu ... marah :). Bahkan 1 minggu setelah hari raya Idul Fitri, teriakan dan bentakan kembali terjadi, aku jadi kangen masa-masa di bulan puasa, masa yang tenang dan masa dimana semua orang bisa menahan diri. Kangen sekali.

Di bulan ini pula, kasus i-doser yang sudah puluhan abad lalu dibahas, kembali mencuat. Oalah. Yang mencuatkan juga orang-orang di keluarga papa-ku, dalam grup WA. Pengalamanku mengatakan,
orang Indonesia mungkin masih menjadi orang yang suka getok tular, tanpa mengkaji lebih dalam. Asal yang mengatakan adalah orang yang dianggap tahu, mereka akan telan mentah-mentah, tanpa perlu mengalami, menggali lebih dalam, dan parahnya .. langsung disebarluaskan. Seperti aku, karena aku orang Indonesia ....

Aku pun juga ikutan latah, karena begitu aku menerima berita duka, langsung aku tanyakan kepada yang berwenang, kemudian menyebarkannya melalui media sok-sial. Padahal aku tidak melihat langsung kejadiannya, dan aku juga tidak menggali lebih dalam. Ah .. ya sudahlah.

Dan berita duka tidak hanya berhenti sampai disini, karena di gereja tempat aku mendaftarkan diri secara admnistratif mengalami gejolak yang belum pernah terjadi sebelumnya. Entah karena muncul-nya orang-orang baru dengan idealis baru, entah karena orang lama yang ingin mempertahankan idealis awalnya, entah ... yang jelas gejolak ini sepertinya menjadi pemicu mundurnya Pendeta Wahyu W.


***
Semoga menahan emosi tidak hanya selama bulan puasa, tapi setiap bulannya, karena "eman-eman" latihan fisik selama 1 bulan, bila tidak dipergunakan dikemudian hari.

***
Semoga berita-berita menakutkan, yang belum tentu ujung dan pangkalnya, lebih banyak berkurang. Lebih banyak berita positif yang benar-benar membangun bangsa Indonesia. Dan semoga kita sama-sama lebih bijaksana dalam menanggapi suatu berita.

***
Selamat jalan Bapak Eddy Muljono, terima kasih untuk waktu-waktu yang dahulu pernah kita lewati dalam senang maupun susah.

***
Sampai bertemu lagi Pak Wahyu, jika Tuhan berperang untuk Bapak, maka tak satu orang pun yang bisa menang atas-Nya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.

 
;