Sabtu, 08 Oktober 2016

Catatan September - Oktober

Berita tentang Pilkada mulai bergentayangan di beberapa stasiun televisi, bahkan sepertinya tidak ada gunanya stasiun televisi yang berbeda, karena beritanya sama semua. Mungkin yang membedakan hanyalah, hasil survey yang entah benar atau tidak, di sponsori pula oleh calon kepala daerah yang punya kepentingan untuk menang tentunya. Di tengah-tengah momen pilkada ini, bermunculan cerita-cerita negatif yang bertujuan untuk meng-"kambing hitam"-kan lawan-lawan politiknya. Entah siapa yang membuat, apakah atas perintah calon kepala daerah tersebut, atau atas perintah pendukungnya atau orang iseng yang sengaja ingin memperkeruh suasana di Indonesia, entah apa pula tujuan mereka itu.

Ada cerita tentang salah satu kandidat kepala daerah yang videonya dipotong sedemikian rupa, sehingga menimbulkan opini publik yang berbeda. Entah apa pula maksudnya.
Ada cerita tentang salah satu kandidat kepala daerah yang blusukan ke pemukiman penduduk yang wilayahnya akan digusur oleh kepala daerah yang lama. Entah apa pula maksudnya.

Yah, apapun maksud mereka mereka itu,
aku tetap berharap orang Indonesia menjadi semakin cerdas dalam memilih, dalam mengapresiasi, dalam menanggapi suatu berita yang akan berimbas menjadi "opini publik", agar Indonesia menjadi semakin baik. Bukan lagi bermental orang terjajah yang bisa diadu domba. Bermental orang yang belum merdeka karena saling menyerang dan memperebutkan daerahnya masing-masing.


Untungnya, di sela-sela berita tentang pemilihan kepala daerah, ada berita lain yang cukup menghibur. Yakni tentang Padepokan yang dipimpin oleh Taat Pribadi, yang diyakini memiliki kekuatan magis bisa menggandakan uang, emas dan harta benda lainnya dengan cara cepat. Terlepas dari tanggapan miring orang lain tentang beliau, berita ini cukup menghiburku yang jenuh melihat berita-berita pilkada. Minimal bisa senyum-senyum sendiri seperti orang gila, tapi mungkin tidak segila orang-orang yang percaya dengan kekuatan magis pengganda harta. Dan tidak segila orang yang mau menyerahkan hartanya sampai sekian ratus milyar untuk digandakan oleh Taat Pribadi. Untungnya saat aku sedang senyum-senyum sendiri, istriku datang. Sambil bertanya "ngapain kok senyum-senyum sendiri ?". Aku jawab, "aku semakin protes sama Tuhan setiap hari nih, kenapa orang-orang yang bodoh seperti itu bisa punya harta sampai ratusan milyar?". "Coba harta tersebut dibuat bantu orang-orang miskin di Indonesia, pasti lebih keren". Ah ini hanya khayalanku belaka.


Sempat aku menghakimi, ah seperti inikah sifat asli bangsaku ? Percaya mitos, percaya magis, percaya hal-hal yang belum tentu benar, dll dll dll. Namun, aku melihat, orang-orang yang tidak seperti itu juga ada. Yah semoga itu hanyalah oknum bangsaku, yang tidak mewakili sifat asli bangsaku.
Oknum yang suka mitos, oknum yang tidak mempergunakan isi kepala dan lebih mempergunakan isi lutut untuk berpikir, oknum yang suka mengadu domba, oknum yang berebut, oknum yang tamak, oknum yang merusak alam, oknum yang cuma mau tahu urusan orang lain tapi tidak berkeinginan untuk membantu, oknum yang hanya berani bergosip, oknum yang ... oknum yang .. oknum yang .. loh kok banyak banget oknumnya .. jangan-jangan .....


Sudahlah, aku tutup dulu catatan September - Oktoberku, sebagai pengobat kerinduanku untuk menulis, sebelum aku jadi oknum yang hanya bisa berbicara tapi tidak bisa berbuat, sebelum aku jadi oknum penggosip, sebelum aku jadi oknum pengadu domba, sebelum aku jadi oknum perusak alam, sebelum aku jadi oknum .. oknum .. oknum .. lohhh kok jadi banyak juga ... jangan-jangan ....


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.

 
;