Sabtu, 24 Desember 2016 0 komentar

24 Desember 2016



Hari ini, mungkin banyak umat Kristen, Kristiani, Nasrani, apapun itu sebutannya, sedang mengikuti ibadah malam Natal, di gereja mereka masing-masing. Dan kebiasaan dari dulu, gereja-gereja tersebut berhiaskan banyak pernak-pernik Natal, lampu, pohon cemara, dan apapun itu yang berkaitan dengan peringatan hari kelahiran Yesus. Nyanyian Natal, musik Natal, makanan Natal, melengkapi perayaan tersebut.

Dan di hari ini pula, aku duduk terdiam, setelah menyelesaikan 1 dari 4 gambar yang harus segera aku selesaikan minggu ini. Dengan rasa sakit di kepala sebelah kiri, aku mulai membayangkan dan mengingat-ingat kembali dari aku kecil hingga saat ini, seperti apa perayaan Natal dari tahun ke tahun aku lewati.

Saat aku masih kecil, aku menjadi pengamat ibadah perayaan Natal, aku melihat aksi panggung yang dilakukan oleh anak-anak yang usianya lebih tua dari aku. Mereka menari, menyanyi, menyemarakkan perayaan Natal di gereja.
Saat aku duduk di bangku SD, aku mulai diikut sertakan oleh orang tuaku, menjadi bagian dari aksi panggung untuk memeriahkan perayaan Natal. Kali ini aku menjadi pemain yang dinikmati oleh orang lain, tapi mereka tidak tahu bagaimana ketegangan demi ketegangan yang kami alami untuk mempersiapkan aksi panggung ini. Aksi panggung yang akan mereka nikmati.
Saat aku mulai beranjak remaja, aku mulai ikut dalam aktifitas persiapan aksi panggung. Ketegangan demi ketegangan muncul kembali. Bukan hanya dirasakan olehku, namun juga oleh teman-temanku, karena mereka hanya ingin ibadahnya sukses, acaranya bagus, panggungnya indah, agar bisa dipergunakan oleh adik-adik remaja dan dinikmati oleh orang-orang tua.
Saat aku mulai menjadi orang tua, aku menikmati semua yang mereka suguhkan. Aksi panggung, acaranya, ibadahnya. Semuanya berjalan dengan baik menurutku, tanpa aku sedikitpun tahu, ada kesulitan apa dibalik semua ini.


Saat aku masih kecil, aku diberi kado oleh saudara-saudaraku yang lain, mulai dari jajanan sampai baju, sebagai hadiah Natal dari mereka. Aku sangat senang melihat banyaknya makanan dan hadiah dari mereka.
Saat aku duduk di bangku SD, hadiah-hadiah tersebut masih ada, namun makanannya mulai berkurang, karena mendahulukan tamu-tamu yang banyak sekali berdatangan ke rumah. Tamu-tamu tampak senang dengan banyaknya makanan yang disuguhkan.
Saat aku mulai beranjak remaja, hadiah-hadiah itu sudah tidak ada lagi. Jajanan-jajanan di masa kecilku pun juga sudah mulai berkurang, entah kenapa.
Saat aku mulai menjadi orang tua, aku menjadi tahu, bahwa apa yang aku alami saat masih kecil, hanyalah sebagian dari tradisi turun temurun, dan bahkan tidak memiliki arti yang lebih dalam, jika aku melihat topeng-topeng yang dikenakan oleh orang-orang disekitarku. Karena setelah hari ini, mereka melalui hari-harinya dengan topeng yang sama.


Saat ini, aku hanya menghela napas panjang, panjang sekali. Aku merenungi kebosananku dengan segala macam perayaan, dengan segala macam hidangan, dengan segala macam tawa dan canda yang berlindung di balik topeng. Hari ini, aku putuskan untuk tidak merayakan Natal di gereja. Aku hanya ingin diam di rumah, dan memikirkan mereka yang tidak bisa merayakan Natal seperti yang dilakukan kebanyakan orang.
Mungkin mereka tidak bisa merayakan Natal, karena sakit, karena tangannya tertancap jarum, karena mereka harus mencari sesuap nasi malam ini untuk orang-orang yang mereka kasihi, karena keadaan yang tidak memungkinkan untuk merayakan Natal, bahkan meskipun hanya untuk menyanyikan lagu Natal di dalam kamar mandi mereka.

Ya Tuhanku, Yesus, yang hari ini sebagian pengikutMu dan orang yang percaya kepadaMu merayakan hari kelahiranMu, hamba teteskan air mata dalam tangkupan tangan hamba, mohon temani mereka yang tidak bisa merayakannya, mohon agar mereka bisa merasakan setitik saja kebahagiaan, mohon agar mereka bisa merasakan hadirMu, bahkan meskipun mereka saat ini sedang berada di tempat pengap dan tak bercahaya. Mereka anak-anakMu Tuhan, mereka orang-orang yang percaya kepadaMu dan menaruh semua harapan mereka kepadaMu. Hamba mohonkan kepadaMu.
Jadikan kami yang sedikit lebih beruntung ini, kepanjangan tanganMu untuk membahagiakan mereka, walaupun hanya untuk beberapa menit. Gerakanlah hati kami yang sedikit lebih beruntung ini, karena bisa berpakaian bagus, bisa beralaskan kaki, yang saat ini sedang menikmati ibadah perayaan Natal untuk membagikan kebahagiaan kepada mereka yang kesulitan. Hamba mohon kepadaMu.




 
;