Hampir 40 tahun aku hidup di dunia ini. Kata orang, kehidupan seorang pria, akan dimulai saat berusia 40 tahun, jadi secara "kata orang" pula, aku ini masih belum memulai jalan hidup-ku sekalipun. Anggap masih tahap belajar ya. Karena masih belajar, tentunya pengalaman dan jam terbang belumlah banyak dan layak dijadikan contoh.Hal itu juga mempengaruhi caraku melihat sesuatu, menilai sesuatu, dan mungkin menghakimi sesuatu.
Seperti ini contohnya ....
Satu kali ada orang yang berkata kepadaku, setelah bertele-tele dan berpanjang lebar, dia mengatakan : "Kamu tahu tujuanku untuk kamu ? Tujuanku adalah untuk melatih kamu agar bisa jadi bagus dan itu adalah rencanaNya".
Dengan jam terbang hidupku yang belum banyak, aku mencoba mencerna perkataannya. Yah, karena keterbatasan pengalamanku, aku hanya dapat bergumam :
1. Darimana kamu tahu, kalau yang kamu lakukan itu adalah rencanaNya. Adalah rancanganNya. Darimana ?
Misalkan, aku membunuh keluargamu satu persatu dan kemudian aku balik berkata kepadamu, ini adalah tujuanku untuk melatih kamu agar tabah, dan ini adalah sebagian dari rencana Tuhan.
Bolehkah ???
2. Darimana kamu tahu, kalau yang kamu katakan sebagai bentuk latihan tersebut itu akan jadi yang terbaik untuk aku ? Orang mempunyai kekurangan dan kelebihan masing-masing. Sudahkah kamu melihatnya terlebih dahulu ? Bagaimana jika aku merasakan itu sebagai paksaan, yang aku tidak suka ? Mengapa kamu terus paksakan ?
Misalkan aku mengajak kamu latihan panjat dinding, sedangkan fisikmu tidak cukup kuat atau kamu tidak suka ketinggian, apakah boleh aku memaksamu dan berkata bahwa ini adalah latihan, biar kamu semakin bagus.
3. Darimana aku tahu tujuanmu untuk aku ? Wong kamu tidak pernah mengatakannya. Emangnya aku sakti. Dan terlebih lagi, bagaimana aku bisa tahu tujuanmu, "lha wong" aku melihat kamu saja seperti sosok yang tanpa tujuan hidup. Tanpa disiplin. Tanpa pola yang jelas. Terombang-ambing tanpa berani mengambil sikap. Apakah karena takut kehilangan "sesuatu" ??
Pengakuan bahwa kamu adalah bagian dari rencanaNya untuk aku, seperti bentuk pengakuan yang berlebihan dan sombong jika itu terucap dari mulutmu. Sori kalau penilaianku jadi mengarah ke penghakiman.
Mengapa aku mengatakan hal tersebut sebagai kesombongan ?????
Coba kamu pikirkan dulu ya, sebelum aku menjawabnya. Hehehehe.
Jawabanku ...
Kata-kata "Tuhan", nama "Tuhan", adalah bentuk objek yang paling mudah diucapkan manusia, manakala dia terbentur pada dinding buntu untuk mencapai tujuannya sendiri. Untuk mencapai keinginan dan ambisi pribadinya.
Berapa banyak perang yang mengatasnamakan "Tuhan" ?
Berapa banyak keributan yang mengatasnamakan "Tuhan" ?
Berapa banyak demo dan kerusuhan yang mengatasnamakan "Tuhan" ?
Sombong atau tidak, memakai nama Tuhan untuk kepentingan diri sendiri ? Seolah kamu adalah manusia yang paling baik diantara lainnya. Seolah, hanya kepadamulah Tuhan itu berkarya. Seolah, Tuhan itu tahunya cuma kamu. Dan parahnya lagi, seolah Tuhan itu butuh kamu saja untuk melakukan rencanaNya.
Sori, aku mengkritik kamu dan kaum Kristen lainnya, karena dari kamu dan merekalah, aku paling sering melihat, mendengar hal-hal yang berbau "Tuhan" dijadikan semacam pedang untuk menghabisi siapa saja yang tidak sejalan dengan cara berpikirnya. Dan saat pedang itu sudah menghabisi semua orang yang tidak sejalan, kamu dengan enteng berkata, "itu rencana Tuhan".
Tuhan mungkin memang mau siapapun untuk berkembang dan menjadi baik untuk sesamanya, tapi siapakah yang layak dipakai untuk mengembangkan dan menjadikan orang lain menjadi baik ?
Siapakah manusia yang layak dan pantas mengatakan "aku dipakai Tuhan untuk menghardik manusia lain" ?
Yang layak, mungkin hanya Tuhan yang tahu. Aku, kamu dan siapapun itu, pasti tidak akan pernah tahu.
Semoga kamu memperoleh pencerahan dan tahu cara menghargai orang lain, tanpa membawa nama Tuhan. Karena saat aku ataupun orang lain kamu hargai dengan baik, ... kami tidak mungkin lupa mengucap syukur sama Tuhan, tanpa harus kamu ingatkan. Dan bisa jadi Tuhan mencatat itu sebagai "amal baikmu". Mungkin.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.