Sebenarnya aku tidak berharap, akan menambah tulisan di bagian Makian, hehehe. Namun seperti yang aku pelajari baru saja, bahwa dalam hidup, kita tidak bisa menghindari untuk bertemu dengan "sesuatu" yang berlawanan dengan hati. Tinggal bagaimana kita menempatkan diri, nalar dan hati kita, dan itu yang aku sebut sebagai moral, kedewasaan, integritas, dan lain-lain. Dan saat aku bertemu dengan "sesuatu" itu, aku terpaksa menghadapinya, hehehe.
Kejadian awal, berdasarkan fakta dan perasaan.
Anak si TA ini, bermain-main hingga berkeringat banyak. Kemudian dia seperti biasa, menempel ke aku, dengan nada santai guyon namun aku buat "kereng", aku berkata "Ehhh, keringetan, bau, ayo pergi pergi, aku tidak mau ditempeli", begitu kurang lebih ya kata-kataku. Si anak ini, cuma cengengesan, namun ... ibunya yang posisinya tidak jauh dariku memasang wajah masam, wajah tidak suka, lalu dia memanggil anaknya, yang masih berada di dekatku. Aku yang diasah dari kecil untuk selalu "berperasaan" (entah posisif ataupun negatif) merasakan perubahan tersebut dan di kemudian waktu istriku bercerita, bahwa, istriku yang saat kejadian itu terjadi sedang berada tepat di sampingku (dengan rasionalnya) juga melihat perubahan wajah masam si TA ini. Hehehe.
Kurang lebih itu cerita awalnya.
Di kemudian waktu, seperti prediksiku (cieeeh kayak sepak bola saja), beberapa kali bertemu, si TA ini tidak menyapa, tidak ngomong. Seperti prediksiku. Kenapa aku mempunyai prediksi seperti itu ? Karena hal tersebut teramat sering dia lakukan, saat dia tidak suka dengan orang lain. Mbuh sopo sing ngajari kebiasaan seperti itu, hehehe. Dan pernyataanku tadi, dibenarkan oleh saudara kandungnya. Karena si TA ini juga melakukan hal yang sama kepada saudara-saudaranya yang lain. Dan terkadang lucunya, saudaranya itu juga merasa bingung, kenapa si TA ini melakukan "aksi diam" tersebut, bahkan kepada orang yang lain yang tidak berkaitan secara langsung. Contohnya, ..
Si TA ini tidak suka dengan kelakuan adiknya, maka seharian lebih dia bisa mendiamkan adiknya tersebut plus anak dan pasangannya. Gile bener.
Dan itu, ternyata juga dialami oleh istri dan anakku, hehehehe, berarti terbukti cocokology ya.
Prediksiku yang lain, dia akan menceritakan "kekacauanku" kepada orang lain, aku berasumsi dalam hal ini dia akan bercerita bukan kepada pasangannya namun kepada orang tuanya. Dan hal ini juga dulu pernah terjadi. Duluuuu sekali.
Mungkin aku salah, karena hanya berdasarkan perasaan yang melihat perubahan ekspresi wajah orang tuanya, tidak berdasarkan rasionalku. Karena aku hanya melihat saat aku menyapa orang tuanya, dia tidak membalas seperti biasa, hanya diam saja. Jadi begitu mudah aku merasakan dan memutuskan, "oh, si TA ini cerita kepada orang tuanya, karena orang tuanya diam saja sama aku, tidak seperti biasanya". Rasionalku tidak aku jalankan dengan baik, harusnya aku bisa berpikir "ah, mungkin orang tuanya lagi bete, lihat kelakuan anaknya yang tidak berubah", heheheheh. Mungkinkah aku salah ? Hehehehe.
Lanjut.
Satu waktu ada kegiatan keluarga besar, aku datang, dan si TA pun juga datang. Anaknya pun juga ikut. Si anak ini sedang bermain dengan saudara sepupunya yang lumayan dekat lah sama aku, aku juga tidak tahu kenapa aku bisa dekat. Karena aku ya biasa-biasa saja, tidak ada yang berlebihan atau mempunyai sesuatu yang spesial (kecuali telurnya dua, hihihihihi). Saudara sepupunya bebas bercanda denganku, sedangkan si anak ini terasa canggung, namun berusaha untuk mendekat. Terlihat jelas saat selesai acara, karena kami semua saling membantu untuk membersihkan tempat acara.
Beberapa hari kemudian, saudara sepupunya, karena kecerdasan dan kepekaan yang dimilikinya, merasakan ada hal yang ganjil. Dengan polosnya dia menanyakan kepadaku, apa yang terjadi. Aku menjawab dengan nada sok bijak, "mungkin harusnya kamu tidak bertanya kepadaku, tetapi bertanya kepada yang bersangkutan, karena aku buktinya baik-baik saja tuh". (begitu kurang lebih bahasaku)
Dan .... dia menjawab, "aku pernah bertanya itu, lalu dia menjawab, kata orang tuaku, Wendhi ini lagi ada masalah dengan Kakekku".
Nah loe.
Di bagian sini, aku melakukan kesalahan kecil, karena aku tidak memprediksikan hal ini, padahal, dulu, duluuuuu sekali, sudah pernah ada kejadian seperti ini.
OK, skip.
Marah, didiemkan.
Fakta, diputarbalikkan.
Kejadian kecil, didramatisir.
Wah ini sudah terulang dan berulang kembali. Aku marah, aku geram tapi ketawa-ketawa dalam hati, sambil bercerita kepada istriku, tentang argumen-argumenku. Lucu ya ma.
Karena aku anggap kejadian seperti ini, selalu berulang dan sepertinya akan terus berulang, itu sebabnya aku memutuskan untuk mengambil sikap.
TA, buat aku, kamu itu jadi tidak lebih seperti penyakit. Kalau penyakit panu mah mudah diobati, tapi kalau sudah penyakit kanker, apalagi mendekati ke penyakit jiwa, swear .. itu susah dan membutuhkan tenaga lebih untuk menyembuhkannya bila sampai terkena. Dalam tulisanku sebelumnya tentang narkoba, aku juga merasa kamu masuk dalam jajaran orang-orang tersebut. Orang-orang yang merasa jalan pikirannya adalah yang paling benar. Jadi kamu seenak perutmu yang tak berbentuk itu, mengeluarkan pendapat tentang seseorang, tetapi kamu sampaikan kepada orang yang lain lagi hanya untuk mencari "kebenaran semu" dan "bolo".
TA, kamu ndak inget bagaimana kamu merasa sebagai anak yang gak berguna. Malam-malam kamu BBM, menceritakan bagaimana orang tuamu memperlakukanmu dengan tidak adil, tidak seperti kepada adik-adikmu yang lain. Bagaimana kamu merasa bahwa dirimu hanyalah anak penambal sulam kesedihan orang tuamu yang kehilangan anak sebelumnya.
TA, kamu ndak inget bagaimana kamu menceritakan keburukan pasanganmu, keluarga pasanganmu dan menyangkakan mereka semua tidak benar.
Sayangnya, ceritamu itu tidak berhenti sampai di kami, tetapi merembet kepada saudara-saudara yang lebih tua lainnya.
TA, kamu ndak inget, kalau kamu berprasangka buruk kepada saudara-saudara yang lebih tua, saat mereka tidak bisa datang ke rumahmu, mungkin saat Natalan, dll, karena kamu menganggap, dirimu tidak berhubungan lagi dengan mereka secvara langsung. Lalu bagaimana saat mereka kemudian masih mau menyempatkan datang, walau bukan pas Natalan ? Apa prasangkamu ? "Ah, mereka hanya iseng saja", apa itu mungkin prasangkamu.
TA, kamu ndak inget kejadian dulu, duluuuu banget, saat aku berikan bukti dan fakta tentang kamu dan pasanganmu. Dan kamu marah, karena bukti dan fakta tersebut benar. Dan saat kamu diminta oleh kedua orang tuamu untuk minta maaf dan mau saling memaafkan, kamu berkata "Ya sek, aku butuh waktu untuk memaafkan".
Sori ya TA, jurusmu itu-itu saja. Perguruan kita sama, dengan mudah aku bisa mengetahui, jurus apa saja yang akan kamu lakukan. Bukan karena aku sakti, bukan karena aku pintar, namun karena aku berusaha berguru di tempat lain, untuk menambah wawasanku, menguji jurus yang kudapat dari perguruan sebelumnya, merefleksikan kembali jurus-jurus tersebut dan "nekad" melakukan perombakan. Sori, aku mungkin belum sebaik kamu di matamu. Namun aku terpaksa mematahkan jurus-jurusmu dengan jurusmu sendiri ya TA.
Heh TA, nek kamu bukan seorang pengecut, sampaikan kritikanmu langsung kepada yang bersangkutan, sampaikan apa saran-saran terbaikmu, tapi sebelum kamu melakukan itu semua, kumpulkan BUKTI dan FAKTA, agar bukan hanya perasaan-perasaan fiktif dan cerita-cerita karanganmu di dalam otakmu (realitas internal) yang menjadi dasar kritikanmu. Karena percaya sama aku ya TA, kalau kamu melakukan kritikan tidak berdasarkan BUKTI dan FAKTA, kamu akan mudah dipatahkan olehorang-orang yang mempunyai BUKTI dan FAKTa kuat, kamu cuma akan jadi anak kecil yang teronggok dalam tubuh besarmu dan selanjutnya sampai tuapun kamu tidak akan pernah mengalami kedewasaan yang menyenangkan serta damai sejahtera. Sebab isi otakmu hanyalah kesalahan orang lain yang kamu hubung-hubungkan, yang kamu kait-kaitkan lalu kamu tambahin bumbu penyedap. Itu akan jadi penyebab KANKER untuk dirimu.
Satu lagi TA, mumpung aku lagi geram, hehehehe. Perbaiki hubungan dengan pasanganmu, dengan orang tuamu, dengan semua saudara-saudaramu. Setulus hati. Aku serius, setulus hati. Biar berat, hadapi dengan kuat, bukan dengan cengeng, apalagi dengan lari dari kenyataan. Siapa tahu hidupmu akan menjadi lebih baik ke depan.
TA, koen iku sopo seh ... kok pengen orang "ngrapek" nang awakmu. Kok pengen orang lain menghormati kamu. Kok pengen orang lain nuruti kamu.
Nek kamu "duwe", orang akan minta kok sama kamu.
Nek kamu "gede", orang pasti akan menghormati dan menghargai kamu dan mungkin akan mendengarkan apa kata-katamu.
Iku kabeh proses TA. Lakoni proses e, ojo njaluk kabeh cepet. Nek koen mek njaluk enak e tok, ga ndelok wong liyane, .. wong liya mek iso omong nang awakmu .. "mbelgedes TA TA"
Dan nek koen ono masalah ambek wong, adepono TA, cek iso dadi conto gae anakmu. Ben anakmu gedene ga bermental penakut. Anakmu niru opo sing kok lakokno, selama koen ga omong opo-opo nang anakmu. Anakmu akan menganggap, opo sing kok lakokno iku bener. Ati-ati ambek kuwi TA, iso dadi bumerang gawe awkamu dewe, nek anakmu wis gede. Ojo sampe anakmu merasa, awakmu iku orang tua sing ga becus. Kayak awakmu nek menganggap wong tuwamu.
Wis yo TA, ojo sampe ono kejadian koyok iki maneh, ... nek sampek kejadian kayak ngene terulang maneh ... ... ... ...
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.