Aku tidak tahu, mau mengawali tulisan ini darimana. Karena semua serba berbarengan, semua masuk ke dalam otakku secara bersamaan, jadi kalau tulisanku ini agak-agak simpang siur, maafkeun ya. Kamu akan tahu, bagaimana rasanya aku saat istriku bercerita panjang lebar ... simpang siur berantakan gak karuan. Hehehe.
Saat SMP, aku ikut dan aktif dalam kegiatan olahraga beladiri silat, mungkin aku tidak perlu menyebutkan namanya, karena aku bukan yang ahli dan sudah mencapai tingkat tertinggi di dalamnya. Dari tingkat dasar aku mulai belajar, ujian demi ujian aku lalui, hingga mencapai tingkat tertentu dalam tatanannya. Dalam setiap latihannya, mulai tingkat dasar dan seterusnya,kami selalu diperkenalkan kepada jurus atau tehnik asli dari semua tingkatan diatasnya. Mungkin tujuannya untuk memperkenalkan kekayaan dan keberagaman jurus serta tehnik yang dimiliki. Sungguh, hingga saat ini aku masih bangga, sangat bangga malahan, bisa mempelajari silat yang merupakan kebudayaan asli Indonesia. Dalam proses belajarku, aku mulai menyimpulkan sesuatu.
Semakin tinggi tingkatan yang dipelajari, semakin ringan dan semakin dalam jurus dan tehniknya. Semakin sedikit gerakan-gerakan yang kompleks dan rumit. Mungkin ini baru kesimpulan awalku, karena seperti yang aku katakan di awal, aku belum mencapai tingkat yang tertinggi, baru berkenalan kulitnya saja.
Garis bawahi, semakin tinggi tingkatan, semakin mengurangi gerakan yang kompleks. Coba renungkan dari sini.
Dalam perjalanan kehidupanku, aku banyak dipertemukan dan diperkenalkan kepada tatanan dan ritual, hampir di semua bidang kehidupan. Tatanan hidup bersosialisasi, tatanan birokrasi bernegara, ritual dalam beragama dan masih banyak lainnya. Tidak mungkin aku sebutkan satu persatu. Akeh puolllll.
Coba kamu ingat-ingat dan tulis, tatanan apa saja dalam hidupmu, mulai dari kamu lahir, beranjak remaja sampai dewasa. Dan mungkin untuk kamu yang sudah jauh lebih berumur (tua gitu), mungkin jauh lebih banyak koleksi tatanan dan ritualnya dari kecil.
Tapi pernahkah kamu sadari, bahwa semakin tua usiamu, semakin berkurang tingkat kompleksitasnya ?
Di silat, yang sudah memiliki ilmu tingkat tinggi, mungkin tidak perlu jumpalitan untuk mengalahkan lawannya. Cukup senyum, tangan bergerak sedikit, ambruk lawannya. Berbeda dengan yang ilmunya masih lebih rendah, mungkin butuh jumpalitan dan beberapa ronde untuk merubuhkan lawannya.
Dalam hidup pun juga demikian. Semakin tinggi ilmu seseorang, semakin dia akan tahu, hanya ada satu yang terpenting. Dan semakin berilmu seseorang, semakin dia akan mengurangi banyak hal yang tidak diperlukan.
Apapun itu, yang terpenting dalam hidupmu, jadikan saja sederhana. Jadikan saja ringkas. Jadikan saja mudah. Ga perlu ribet. TUHAN tidak menciptakan kamu untuk jadi ribet. TUHAN menciptakan kamu dari hal paling sederhana, tanah.
Jadi, mau sederhana atau ribet ?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.