Kamis, 12 Agustus 2021

Cukup, berhenti, pergilah ....


Ini tulisan pertamaku di tahun 2021 dan kali ini aku ga mau basa-basi busuk lagi. Wis bosen jare wong Jowo, urip kakeyan basa-basi busuk.


Tulisan ini juga penanda puncak kemarahan, kecewa yang campur aduk dari aku kecil. Sori kalau bahasanya belepotan, karena aku juga masih menjalani masa pemulihan karena covid dan aku juga ga peduli, siapa yang akan membaca tulisan ini. Yang jelas, ini penanda dan tugu buat aku untuk menyatakan "cukup", "berhenti", "ojo ganggu aku".


Mulai ...

Untuk aku lahir di dunia, aku tidak memintanya. Mama-ku hamil duluan sebelum nikah, aku juga tidak meminta. Papaku mengatakan bisa mengajak mama masuk kristen, mungkin sebagai bentuk "dakwah"-nya, aku juga tidak peduli. Aku tidak tahu cerita sebenarnya. Yang tahu cerita sebenarnya, banyak yang bungkam, atau sudah meninggalkan dunia ini.

Tapi yang jelas, aku benci dibohongi. 

Aku diberi alasan, dengan sengaja mereka menaruh akta kelahiran dan akta pernikahan, agar aku bisa membacanya sendiri, tentang aku yang "anak haram", buat aku itu adalah alasan yang .. sori .. taek.

kenapa ndak langsung cerita saja, jelasin kebodohan-kebodohan apa yang sudah diperbuat, jadi aku bisa belajar untuk lebih baik dan tidak mengulangi kebodohan yang sama.

Tapi apa, .... alasan yang tidak masuk akal diceritakan, dan masih ditutupi dengan kemunafikan bertopeng agama.



Kedua ...

Aku tidak pernah minta untuk ikut les renang. Aku ga mau, aku ga suka, aku ga punya tujuan untuk itu. Tapi apa yang kamu lakukan, kamu marah tidak karuan, memboncengku dengan "ngawur" sehingga aku duduk tepat di ujung sadel motor C70. Apakah kamu memikirkan, kalau aku terjatuh ?

Apa ada di otakmu sedikit saja rasa welas asih ? Nek ak njlungup ? Nek aku terpental ke belakang ?

Atau kamu mikir, apa, kenapa, aku ga mau les renang ?

Dan ini adalah awal aku mengalami, apa yang orang sebut Panic Attacked, yang kamu mana mau tahu ?

Urusanmu cuma akademik, kelihatan bagus, keliatan pintar, tapi kamu ga pernah memikirkan apa yang tak rasakan, takut ... 



Ketiga ...

Aku penakut, aku bukan orang pemberani kayak kamu .. minimal aku ga mau sok berani, padahal mental tempe. Ga pernah tah kamu takut dalam hidupmu ? Nek ga pernah, tak akuin, kamu hebat .. wis terus o dadi pemberani, mbuh pemberani yang ngawud modal dengkul doank, atau pakai isi kepala .. aku ga ngurus. Cukup gae aku.

Aku juga mengalami punya anak duluan sebelum menikah, dan aku ga ngerti ... harus ngapaian. Aku takut, aku malah kok usir pergi. Dan ga pernah sekalipun, kalian-kalian menjengukku, di rumah pengasingan. Aku ingat itu dengan sangat kuat. Sama seperti saat ini .. saat aku terkena covid.



Keempat ...

Beberapa minggu, aku terkena covid. Dukungan moral apa yang kamu berikan. Kamu cuma bilang, ayo masuk RS, ayo ngamar, ayo dirawat di RS Lapangan, ayo .. ayo .. ayo ...

Heh cuk, aku ga butuh itu. Aku butuh dukungan untuk duwe semangat gae urip. Kamu "ngelarani" tok, dengan membanding-bandingkan aku dengan orang lain.

Orang lain kamu katakan, saturasinya bisa tinggi tanpa bantuan O2, tapi aku masih pakai O2.

Kok pikir kabeh wong, podo kekuatan e ?

Kamu bilang aku emosi-an, betul .. aku marah .. emosi .. karena kamu ga nyambung

Kamu bilang aku tidak percaya pada TUHAN, karena alasan yang ga nyambung, karena cerita yang ga nyambung ... 

Aku sing sakit, kudune aku sing goblok ... 


Aku bilang, semua minta aku untuk minum air panas, semua minta aku makan bawang, semua minta aku melakukan apapun "kata-nya" orang lain yang mereka terima padahal tidak ada satupun dari mereka yang pernah mengalami "persis" seperti yang aku alami. Mek jare. Dan tidak ada satupun dari mereka yang memberi saran, yang mau datang, bantu aku .. bantu aku masak air, bantu aku kupas bawang, bantu aku .. karena aku dan istri sama-sama dalam kondisi yang tidak fit. Ojo mek ngongkon thok, kabeh iso .. 

Dan aku bilang, bagaimana caranya, aku dalam kondisi lemas ini, harus menyiapkannya semua sendiri. Apa kudu aku minta sama TUHAN, .. Tuhan, nyuwun air panas buat aku minum di pagi hari ?

Dan karena kata-kataku tersebut, kamu bilang , kamu menghakimi, kalau aku sudah tidak percaya TUHAN ... ..... darimanaaaaaaaaaa

Aku emoh menjawab wis .... 

Aku putuskan untuk blokir dan melarangmu kesini, timbang lara ati aku .. sampai kapanpun. 

Kasar aku bilang pada istriku, lebih baik bila dalam otakku sudah tidak ada kamu, anggap aku Yatim Piatu wis. Karena keberadaanmu, cuma merongrong hidupku .. dari dulu. Toksin. Racun.


Aku tak hendak merajuk, meminta belas kasihan .. justru aku meminta kamu untuk keluar dari hidupku. Cukup .. 

Ak wis kesel ndelok polahmu sing sok hebat, mbuh hebat bener opo ora .. 


Opo se kepinteranmu dan kehebatanmu sing wis kok hasilkan selama ini ?

Iso inggris iku tok tah ?


Mbah google wis iso ngganteni ... 

Sebutno wis, opo kepinteranmu .. opo kehebatanmu, sehingga kamu bisa sok hebat dan merasa orang lain kalah dari kamu.


Sekarang aku minta, kamu keluar dan pergi dari hidupku. Selama-nya

Aku pengen tenang dan bisa menjalani hidup ini, sesuai kepengenanku. Mungkin ga sukses, mungkin ga hebat, kayak bayangan otakmu .. tapi aku belajar ngadek bareng TUHAN-ku, aku luwih senang.


OK .. minggat o, kayak virus corona gih .. cepetan.

*** Ngkok nek jek ono uneg-unegku sing durung ketulis .. pasti tak tambahno maneh.
























Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.

 
;